Previous Next

Sunday, May 23, 2010

Biji

Tumbuhan berbiji atau Spermatophyta (Yunani, sperma=biji , phyton=tumbuhan) merupakan kelompok tumbuhan yang memiliki ciri khas, yaitu adanya suatu organ yang berupa biji. Biji merupakan bagian yang berasal dari bakal biji dan di dalamnya mengandung calon individu baru, yaitu lembaga. Lembaga akan terjadi setelah terjadi penyer bukan atau persarian yang diikuti oleh pembuahan.

Ciri tubuh
Ciri tumbuhan berbiji meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsih tubuh.
Ukuran dan bentuk tubuh Tumbuhan berbiji berukuran makroskopik dengan ketinggian yang sangat bervariasi. Tumbuhan biji tertinggi berupa pohon dengan tinggi melbihi 100 m. masalnya pohon konifer Sequoiadendron giganteum d taman Nasional Yosemite California, dengan tinggi sektar 115 m dan diameter batang sekitar 14 m. Habitus atau perawakan tumbuhan berbiji sangat bervariasi, yaitu Pohon, misalnya jati, duku, kelapa, beringin, cemara; Perduk, misalnya mawar, kembang merak, kembang sepatu; semak, misalnya arbei; dan Herba, misalnya sayur-sayuran, bunga lili, serta bunga krokot.

Struktur dan fungsi
Tumbuhan berbiji merupakan heterospora. Tumbuhan berbiji membetuk struktur megasporangia dan mikrosporangia yang berkumpul pada suatu sumbuh pendek. Misalnya struktur seperti konus atau strobilus pada konifer dan bunga pada tumbuhan berbunga. Seperti halnya pada tumbuhan lain, spora pada tumbuhan berbiji dihasilkan melalui meiosis di dalam sporangia. Akan tetapi, pada tumbuhan berbiji, megaspora tidak dilepaskan melainkan dipertahankan. Megasporangia mendukung perkembangan gametofit betina dan menyediakan makanan serta air. Gametofit betina akan tetap berada dalam sporangium, menjadi matang dan memlihara generasi sporofit berikutnya setelah terjadi pembuahan. Pada mikrosporangium, produk meiosis berupa mikrospora. Mikrospora yang mencapai sporofit akan berkecambah membentuk serbuk sari yang tumbuh menuju kearah bakal biji untuk membuahi gametofit betina. Pada tumbuhan berbiji, istilah mikrospora merupakan serbuk sari, mikrosporangium merupakan kantung serbuk sari, dan mikrosporofil merupakan benagsari. Istilah megaspora merupakan kandung lembaga (kantung embrio), megasporangium merupakan bakal biji, dan megasporofil merupaka daun buah (karpela).

Gymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka)
Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani yaitu, Gymno =terbuka atau telanjang dan sperma=biji. Anggota Gymnospermae memiliki ciri utama berupa bakal biji yang tumbuh pada permukaan megasporafil (daun buah). Tumbuhan ini memiliki habitus semak, perdu, atau pohon. Akarnya merupakan akar tunggang, batang tumbuhan tegak lurus dan bercabang-cabang.
Gymnospermae tidak memiliki bunga yang sesungguhnya, sporofil terpisah-pisah atau membentuk stabilus jantan dan strobilus betina. Umumnya berkelamin tunggal namun ada juga yang berkelamin dua. Penyerbukan pada gymnospermae hampir selalu dengan cara anemogami (bantuan angin). Waktu penyerbukan sampai pembuahan relatif panjang. Gymnospermae dibagi menjadi empat klad, ada yang menjadikannya sebagai kelas, namun sekarang dianggap sebagai divisi tersendiri, yaitu:
Cycadophyta (sebagai kelas berakhiran -psida, sehingga menjadi Cycadopsida)
Pinophyta (Pinopsida)
Gnetophyta (Gnetopsida)
Ginkgophyta (Ginkgopsida)

Anthophyta atau Angiospermae (tumbuhan berbunga)
Penyebutan kelompok ini sekarang lebih disukai menggunakan tumbuhan berbunga daripada tumbuhan berbiji tertutup. Pengelompokan klasik menjadi Dicotyledoneae (tumbuhan berkeping biji dua) dan Monocotyledoneae (tumbuhan berkeping biji tunggal) berdasarkan filogeni molekuler sekarang dianggap tidak valid karena kelompok yang pertama tidak holofiletik. Ke dalam Anthophyta sekarang terdapat delapan kelompok besar yang perinciannya masih terus dikaji.

Manfaat tumbuhan berbiji bagi Manusia
Jenis tumbuhan berbiji yang dimanafaatkan bagi kepentingan manusia antara lain sebagai berikut:
Gandum, padi, jagung dan sagu merupakan makanan utama sebagian besar penduduk di dunia.
Kacang, tomat, kol, kentang, dan wortel merupakan makanan sayuran sebagai sumber serat, protein, dan vitamin.
Kapas dan rami sebagai bahan sandang.
Kayu sebagai bahan papan dan perabotan.
Kumis kucing, jati, mahoni, dan pinus sebagai peneduh, penyimpan air, penyerap karbon dioksida, dan sumber oksigen.
Berbagai jenis bunga untuk dekorasi, upacara adat dan agama, serta kosmetik.

Bunga

Bunga (flos) atau kembang adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae, "tumbuhan berbiji tertutup"). Pada bunga terdapat organ reproduksi (benang sari dan putik). Bunga secara sehari-hari juga dipakai untuk menyebut struktur yang secara botani disebut sebagai bunga majemuk atau inflorescence. Bunga majemuk adalah kumpulan bunga-bunga yang terkumpul dalam satu karangan. Dalam konteks ini, satuan bunga yang menyusun bunga majemuk disebut floret.
Bunga berfungsi utama menghasilkan biji. Penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang menjadi buah. Buah adalah struktur yang membawa biji.

Fungsi bunga
Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah menyatunya gamet jantan (mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji. Proses dimulai dengan penyerbukan, yang diikuti dengan pembuahan, dan berlanjut dengan pembentukan biji.
Beberapa bunga memiliki warna yang cerah dan secara ekologis berfungsi sebagai pemikat hewan pembantu penyerbukan. Beberapa bunga yang lain menghasilkan panas atau aroma yang khas, juga untuk memikat hewan untuk membantu penyerbukan.
Manusia sejak lama terpikat oleh bunga, khususnya yang berwarna-warni. Bunga menjadi salah satu penentu nilai suatu tumbuhan sebagaitanaman hias

Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon tertentu. Pembentukan bunga dengan ketat dikendalikan secara genetik dan pada banyak jenis diinduksi oleh perubahan lingkungan tertentu, seperti suhu rendah, lama pencahayaan, dan ketersediaan air (lihat artikel Pembentukan bunga).
Bunga hampir selalu berbentuk simetris, yang sering dapat digunakan sebagai penciri suatu takson. Ada dua bentuk bunga berdasarsimetri bentuknya: aktinomorf ("berbentuk bintang", simetri radial) dan zigomorf (simetri cermin). Bentuk aktinomorf lebih banyak dijumpai.

Bunga disebut bunga sempurna bila memiliki alat jantan (benang sari) dan alat betina (putik) secara bersama-sama dalam satu organ. Bunga yang demikian disebut bunga banci atau hermafrodit. Suatu bunga dikatakan bunga lengkap apabila memiliki semua bagian utama bunga. Empat bagian utama bunga (dari luar ke dalam) adalah sebagai berikut:
Kelopak bunga atau calyx;
Mahkota bunga atau corolla yang biasanya tipis dan dapat berwarna-warni untuk memikat serangga yang membantu proses penyerbukan;
Alat kelamin jantan atau androecium (dari bahasa Yunani andros oikia: rumah pria) berupa benang sari;
Alat kelamin betina atau gynoecium (dari bahasa Yunani gynaikos oikia: "rumah wanita") berupa putik.

Organ reproduksi betina adalah daun buah atau carpellum yang pada pangkalnya terdapat bakal buah(ovarium) dengan satu atau sejumlah bakal biji (ovulum, jamak ovula) yang membawa gamet betina) di dalam kantung embrio. Pada ujung putik terdapat kepala putik atau stigma untuk menerima serbuk sari atau pollen. Tangkai putik atau stylus berperan sebagai jalan bagi pollen menuju bakal bakal buah.
Walaupun struktur bunga yang dideskripsikan di atas dikatakan sebagai struktur tumbuhan yang "umum", spesies tumbuhan menunjukkan modifikasi yang sangat bervariasi. Modifikasi ini digunakan botanis untuk membuat hubungan antara tumbuhan yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, dua subkelas dari tanaman berbunga dibedakan dari jumlah organ bunganya: tumbuhan dikotil umumnya mempunyai 4 atau 5 organ (atau kelipatan 4 atau 5) sedangkan tumbuhan monokotil memiliki tiga organ atau kelipatannya.
Morfologi bunga



Bagian-bagian bunga sempurna. 1. Bunga sempurna, 2. Kepala putik (stigma), 3. Tangkai putik (stilus), 4. Tangkai sari (filament, bagian dari benang sari), 5. Sumbu bunga (axis), 6. artikulasi, 7. Tangkai bunga (pedicel), 8.Kelenjar nektar, 9.Benang sari (stamen), 10. Bakal buah (ovum), 11.Bakal biji (ovulum), 12. , 13. Serbuk sari (pollen), 14. Kepala sari (anther), 15. Perhiasan bunga (periantheum), 16. Mahkota bunga (corolla), 17. Kelopak bunga (calyx)


Tumbuhan berbunga adalah kelompok terbesar tumbuhan yang hidup di daratan. Namanya diambil dari cirinya yang paling khas, yaitu menghasilkan organ reproduksi dalam bentuk bunga. Bunga sebenarnya adalah modifikasi daun dan batang untuk mendukung sistem pembuahan tertutup. Sistem pembuahan tertutup (dikatakan tertutup karena bakal biji terlindung di dalam bakal buah atau ovarium) ini juga menjadi ciri khasnya yang lain. Ciri yang terakhir ini membedakannya dari kelompok tumbuhan berbiji yang lain: tumbuhan berbiji terbuka atau Gymnospermae.
Dari kedua ciri tersebut muncullah nama Anthophyta ("tumbuhan bunga") dan Angiospermae ("berbiji terbungkus"). Nama lain yang juga dikenakan kepadanya adalah Magnoliophyta ("tumbuhan sekerabat dengan magnolia"). Nama Angiospermae diambil dari penggabungan dua kata bahasa Yunani Kuno: αγγειον (aggeion, "penyangga" atau "pelindung") dan σπερμα (sperma, bentuk jamak untuk "biji") yang diperkenalkan oleh Paul Hermann pada tahun 1690. Dalam sebagian besar sistem taksonomi modern, kelompok ini sekarang menempatitakson sebagai divisio. Namun demikian, klasifikasi terbaru berdasarkan APG (Sistem klasifikasi APG II) menempatkannya dalam suatu kladyang tidak menempati suatu takson dan dinamakan angiosperms.


 Bunga
Bunga menjadi penciri yang paling nyata dan membedakannya dari kelompok tumbuhan berbiji yang lain. Bunga membantu kelompok tumbuhan ini memperluas kemampuan evolusi dan lungkang (ruang prasyarat hidup atau niche) ekologisnya sehingga membuatnya sangat sesuai untuk hidup di daratan.
 Benang sari
Stamen atau benang sari jauh lebih ringan daripada organ dengan fungsi serupa pada tumbuhan berbiji terbuka (yaitu strobilus). Benang sari telah berevolusi untuk dapat beradaptasi dengan penyerbuk dan untuk mencegah pembuahan sendiri. Adaptasi ke arah ini juga memperluas jangkauan ruang hidupnya.
 Ukuran gametofit jantan sangat tereduksi
Gametofit jantan yang sangat tereduksi (berada dalam serbuk sari dan hanya terdiri dari tiga sel) sangat membantu mengurangi waktu antara penyerbukan, di saat serbuk sari mencapai organ betina, dan pembuahan. Selang waktu normal antara kedua tahap tersebut biasanya 12-24 jam. Pada Gymnospermae waktu yang diperlukan untuk hal tersebut dapat mencapai setahun.
 Karpela menutup rapat bakal biji
Karpela atau daun buah rapat membungkus bakal biji atau ovulum, sehingga mencegah pembuahan yang tidak diinginkan. Sel sperma akan dikontrol oleh putik untuk membuahi sel telur(ovum). Setelah pembuahan, karpela dan beberapa jaringan di sekitarnya juga akan berkembang menjadi buah. Buah berfungsi adaptif dengan melindungi biji dari perkecambahan yang tidak diinginkan dan membantu proses penyebaran ke wilayah yang lebih luas.
 Ukuran gametofit betina sangat tereduksi
Sebagaimana pada gametofit jantan, ukuran gametofit betina juga sangat berkurang menjadi hanya tujuh sel dan terlindung dalam bakal biji. Ukuran yang mengecil ini membantu mempercepat perkembangan hidup tumbuhan. Hanya kelompok Angiospermae yang memiliki perilaku semusim dalam proses kehidupannya. Perilaku ini membuatnya sangat mudah menjelajah lungkang yang jauh lebih luas.
 Endosperma
Pembentukan endosperma pada biji adalah ciri khas Angiospermae yang sangat mendukung adaptasi karena melengkapi embrio atau kecambah dengan cadangan makanan dalam perkembangannya. Endosperma secara fisiologis juga memperkuat daya serap biji akan hara yang diperlukan tumbuhan muda dalam perkembangannya.

Klasifikasi
Pada awalnya, nama Angiospermae dimaksudkan oleh Paul Hermann (1690) bagi seluruh tumbuhan berbunga dengan biji yang terbungkus dalam kapsula, dan dipertentangkan dengan Gymnospermae sebagai tumbuhan berbunga dengan buah achene atau berkarpela terbelah. Dalam pengertiannya, keseluruhan buah atau bagiannya dianggap sebagai biji dan "terbuka". Kedua istilah ini dipakai
oleh Carolus Linnaeus dengan pengertian yang sama tetapi digunakan sebagai nama-nama dari kelas Didynamia.
Ketika Robert Brown pada tahun 1827 menemukan bakal biji yang benar-benar terbuka (tak terlindung) pada sikas dan tumbuhan runjung, ia memberikan nama Gymnospermae bagi kedua kelompok tumbuhan ini. Tahun 1851 Wilhelm Hofmeister menemukan perubahan-perubahan yang terjadi pada kantung embrio dari tumbuhan berbunga (penyerbukan berganda). Hasil penemuan ini menjadikan Gymnospermae sebagai kelas yang benar-benar berbeda dari dikotil, dan istilah Angiospermae mulai diterapkan untuk semua tumbuhan berbiji yang bukan kedua kelompok yang disebutkan Robert Brown. Pengertian terakhir inilah yang masih bertahan hingga sekarang.
Dalam sistem taksonomi modern, kelompok tumbuhan berbunga ditempatkan pada berbagai takson. Selain Angiospermae, kelompok ini disebut juga dengan Anthophyta ("tumbuhan bunga"). Sistem Wettstein dan Sistem Engler menempatkan Angiospermae pada tingkat subdivisio. Sistem Revealmemasukkan semua tumbuhan berbunga dalam subdivisio Magnoliophytina, namun pada edisi lanjut memisahkannya menjadi Magnoliopsida, Liliopsida, danRosopsida. Sistem Takhtajan dan sistem Cronquist memasukkan kelompok ini ke dalam tingkat divisio dengan nama Magnoliophyta. Sistem Dahlgren dansistem Thorne (1992) menggunakan nama Magnoliopsida dan meletakkannya pada tingkat kelas. Saat ini, sistem klasifikasi yang paling akhir, sepertisistem APG (1998) dan sistem APG II (2003), tidak lagi menjadikannya sebagai satu kelompok takson tersendiri melainkan sebagai suatu klade tanpa nama botani resmi dengan nama angiosperms (sistem ini menggunakan nama-nama bahasa Inggris atau diinggriskan untuk nama-nama tidak resmi).

Pembagian internal (taksonomi)
Klasifikasi internal kelompok ini mengalami banyak perubahan. Sistem klasifikasi Cronquist (1981) masih banyak dipakai tetapi mulai dipertanyakan keakuratannya dari sisi filogeniterutama karena bertentangan dengan hasil-hasil penyelidikan molekular. Kesepakatan umum tentang bagaimana tumbuhan berbunga dikelompokkan mulai tercapai sejak hasil "Angiosperm Phylogeny Group" (APG) dikeluarkan pada tahun 1998 dan diperbaharui pada tahun 2003 sebagai Sistem klasifikasi APG II.
Sistem klasifikasi Cronquist membagi tumbuhan berbunga menjadi dua kelompok: Magnoliopsida dan Liliopsida. Nama pemeri lain yang diizinkan dalam Pasal 16 ICBN adalahDicotyledoneae (dikotil) dan Monocotyledoneae (monokotil) atas dasar sejarah dan menunjukkan satu ciri cukup mudah untuk diamati meskipun tidak selalu demikian: tumbuhan dikotil memiliki dua daun lembaga sedangkan tumbuhan monokotil memiliki satu daun lembaga.
Sistem APG, yang menggunakan konsep kladistika dan banyak memakai metode pengelompokan statistika (clustering) serta memasukkan data-data molekular, mendapati bahwa monokotil merupakan kelompok monofiletik atau holofiletik, dan menamakannya monocots (bentuk jamak dari monocot), tetapi dikotil ternyata tidak demikian (disebut sebagai kelompok bersifat parafiletik). Meskipun demikian terdapat kelompok besar dikotil yang monofiletik yang
dinamai eudicots atau tricolpates. Nama eudicot berarti "dikotil sejati" karena menunjukkan ciri-ciri yang biasa dinyatakan sebagai ciri khas dikotil, seperti bunga dengan empat atau lima mahkota bunga dan empat atau lima kelopak bunga. Sisa dari pemisahan ini, yang tetap parafiletik, biasa dinamakan sebagai paleodicots (paleo- berarti "purba" atau "kuno") untuk kemudahan penyebutan.
Penyelidikan menggunakan filogeni yang menggunakan data-data molekular hingga sekarang telah menemukan delapan kelompok utama pada tumbuhan berbunga, yaitu monocots,eudicots, Amborellaceae, Nymphaeales, Austrobaileyales, Chloranthales, Ceratophyllales, dan magnoliids. Berikut adalah hubungan di antara ke delapan kelompok ini:

Jenis tumbuhan berbunga diperkirakan berkisar antara 250.000 hingga 400.000 yang dapat dikelompokkan hingga paling sedikit 402 suku(berdasarkan taksiran dalam Sistem APG II). Sistem APG 1998 menyatakan terdapat 462 suku. Monokotil mencakup sekitar 23% dari keseluruhan spesies dan "dikotil sejati" (eudicots) mencakup 75% dari keseluruhan spesies.
Sepuluh besar suku tumbuhan menurut banyaknya jenis adalah sebagai berikut:
1. Asteraceae atau Compositae (suku kenikir-kenikiran): 23.600 jenis
2. Orchidaceae (suku anggrek-anggrekan): 21.950
3. Fabaceae atau Leguminosae (suku polong-polongan): 19.400
4. Rubiaceae (suku kopi-kopian): 13.183
5. Poaceae, Glumiflorae, atau Gramineae (suku rumput-rumputan): 10.035
6. Lamiaceae atau Labiatae (suku nilam-nilaman): 7.173
7. Euphorbiaceae (suku kastuba-kastubaan): 5.735
8. Cyperaceae (suku teki-tekian): 4.350
9. Malvaceae (suku kapas-kapasan): 4.225
10. Araceae (suku talas-talasan): 4.025
Orchidaceae, Poaceae, Cyperaceae dan Araceae adalah monokotil.
Kesepuluh suku di atas mencakup beragam jenis tumbuhan penting dalam kehidupan manusia, baik dalam bidang pertanian, kehutanan maupun industri. Suku rumput-rumputan jelas merupakan suku terpenting karena menghasilkan berbagai sumber energi pangan bagi manusia dan ternak dari padi, gandum, jagung, jelai, haver, jewawut, tebu, serta sorgum. Suku polong-polongan menempati tempat terpenting kedua, sebagai sumber protein nabati dan sayuran utama dan berbagai peran budaya lain (kayu, pewarna, dan racun). Suku nilam-nilaman beranggotakan banyak tumbuhan penghasil minyak atsiri dan bahan obat-obatan.
Beberapa suku penting lainnya dalam kehidupan manusia adalah
 Solanaceae (suku terong-terongan), sebagai sumber pangan penting terutama sayuran
 Cucurbitaceae (suku labu-labuan), sebagai sumber sayuran penting
 Brassicaceae atau Cruciferae (suku sawi-sawian), sebagai sumber sayuran dan minyak pangan penting
 Alliaceae (suku bawang-bawangan), sebagai sumber sayuran bumbu penting
 Piperaceae (suku sirih-sirihan), sebagai sumber rempah-rempah penting.
 Arecaceae atau Palmae (suku pinang-pinangan), sebagai pendukung kehidupan penting masyarakat agraris daerah tropika
 Rutaceae (suku jeruk-jerukan), Rosaceae (suku mawar-mawaran), dan Myrtaceae (suku jambu-jambuan) banyak menghasilkan buah-buahan penting.
Tumbuhan berbunga juga menjadi pemasok sumberdaya alam dalam bentuk kayu, kertas, serat (misalnya kapas, kapuk, henep, sisal, serat manila), obat-obatan (digitalis, kamfer),tumbuhan hias (ruangan maupun terbuka), dan berbagai daftar panjang kegunaan lain.

Daun

Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang.
Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air.

Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga),xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur).

Fungsi
Tempat terjadinya fotosintesis.
pada tumbuhan dikotil, terjadinya fotosintesis di jaringan parenkim palisade. sedangkan pada tumbuhan monokotil, fotosintesis terjadi pada jaringan spons.
Sebagai organ pernapasan.
Di daun terdapat stomata yang befungsi sebagai organ respirasi (lihat keterangan di bawah pada Anatomi Daun).
Tempat terjadinya transpirasi.
Tempat terjadinya gutasi.
Alat perkembangbiakkan vegetatif.
Misalnya pada tanaman cocor bebek (tunas daun).

AKAR

Akar adalah bagian pokok di samping batang dan daun bagi tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan kormus.

Sifat-sifat akar:
1.merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah, dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air (hidrotrop), meninggalkan udara dan cahaya.
2.tidak berbuku-buku, jadi juga tidak beruas dan tidak mendukung daun-daun atau sisik-sisik maupun bagian-bagian lainya.
3.warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan.
4.tumbuh terus pada ujungnya, tetapi umumnya pertumbuhannya masih kalah pesat jika dibandingkan dengan bagian permukaan tanah.
5.bentuk ujungnya seringkali meruncing, hingga lebih mudah untuk menembus tanah.

Fungsi akar bagi tumbuhan:
1.memperkuat berdirinya tumbuhan.
2.untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air tersebut dari dalam tanah.
3.mengangkut air dan zat-zat makanan yang sudah diserap ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan.
4.kadang-kadang sebagai tempat untuk penimbunan makanan.

Secara umum, ada dua jenis akar yaitu:
1.Akar serabut. Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan monokotil. Walaupun terkadang, tumbuhan dikotil juga memilikinya (dengan catatan, tumbuhan dikotil tersebut dikembangbiakkan dengan cara cangkok, atau stek). Fungsi utama akar serabut adalah untuk memperkokoh berdirinya tumbuhan.
2.Akar tunggang. Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan dikotil. Fungsi utamanya adalah untuk menyimpan makanan.

Ada beberapa fungsi akar, diantaranya yaitu:
1.Untuk menyerap air dan garam-garam mineral (zat-zat hara) dari dalam tanah.
2.Untuk menunjang dan memperkokoh berdirinya tumbuhan di tempat hidupnya.
3.Pada beberapa macam tumbuhan ada yang berfungsi sebagai alat respirasi, misalnya tumbuhan bakau
4.Pada beberapa jenis tumbuhan, ada yang berguna sebagai tempat menyimpan cadangan makanan atau sebagai alat reproduksi vegetatif. Misalnya wortel yang memiliki akar tunggang yang membesar, berfungsi sebagai tempat menyimpan makanan. Pada tumbuhan sukun, dari bagian akar dapat tumbuh tunas yang akan tumbuh menjadi individu baru.

1.Akar napas. Akar naik ke atas tanah, khususnya ke atas air seperti pada genera Mangrove (Avicennia, Soneratia).
2.Akar gantung. Akar sepenuhnya berada di atas tanah. Akar gantung terdapat pada tumbuhan epifit Anggrek.
3.Akar banir. Akar ini banyak terdapat pada tumbuhan jenis tropik.
4.Akar penghisap. Akar ini terdapat pada tumbuhan jenis parasit seperti benalu.

Morfologi Batang

Batang(Caulis) salah satu organ tubuh yang
Juga seperti akar terdapat pada tumbuhan
Yang tergolong Cormopyta,

Umumnya batang merupakan bagian
Tumbuhan yang ada diatas tanah dan telah
Terbentuk sejak tumbuhan itu masih berupa
Embrio yang disebut batang lembaga.

Fungsi batang
Menahan dan membawa bagian-bagian (organ) lain
Ke tempat-tempat yang baik bagi pelaksanaan fungsi
Bagian tersebut.
Memperluas sistem perdaunan dan bidang asimilasi
Serta tempat menyimpan zat- zat cadangan makanan.

Bagian2 batang.

• Pangkal batang
• Hipokotil
• Epikotil
• Ujung batang
• Primordian daun
• Primordian cabang

Batang yang tak jelas terlihat
• Planta caulis
• Caudex
• rizhoma

Berdasarkankandunganzatkayu(lignin)
• Batang lunak(herbaceus)
• Batang keras(lignosus)

Bardasarkanbentukbatangnya
 Tares: batang berbentuk bulat misal: ceiba
pentandra, carica papaya
 Angularis: batang yang berbentuk bersudut-
sudut/bersegi-segi.
Msl:eurphobia trigona,
Sechium edule, solanum nigrum.
 Discoideus: batang yang terdapat pada
Beberapa jenis cactaceae.

NAMA ILMIAH

Abrosia Abrosia sp
Abutilon Abutilon sp
Acer Acer palmatum
Adas Foeniculum vulgare
Adas Sowa Aqethum grave
Adas-adasan Gomphrena globosa
Aechmea Aechmea
Aesculus Aesculus hippocastanum
Ageratum Ageratum
Aglaonema Aglaonema sp
Aglaonema Silver Aglaonema commutatum
Aglaonema Treubi Aglaonema treubi
Agropiron Agropiron
Akalifa Acalypha sp
Akalifa (Ekor tupai) Acalypha wilkesiana
Akar Gomet Pericamphylus glaucus
Akar Kelimpar Embalia ribes Burm
Akar Kepayang Hodgsonia macrocarpa
Akar Kucing Toddalisa asiatica
Akar Naga Poliypodium feei
Akar Rumput Alternanthera sessilis
Akar Sambang Merremia peltata
Akar Slemang Merremia umbellata
Akar Wangi Andropogon zizanioides
Akasia Cassia sp
Alamanda Alamanda chatartica
Alang-alang Imperata cylindrica
Alba Rosa Cordyline terminalis
Aleander Nerium oleamder
Almond Prunus dulcis
Alpukat Persea americana
Alstroemeria Alstroemeria
Aluminium kadri Pilea cadierei
Alvalva Medicago sativa
Alvalva Kuning Medicago falcata
Ambong-ambong Bidens
Ambong-ambong (Ketul) Bidens pilosa
Ambra Pelargonium radula
Andevi Chicorium endivia
Andong Rhadamnia cinerea
Anemon Korona Annemon coronaria
Anggrek Orcidaceae
Anggrek Bulan Phalaenopsis amabilis
Anggrek Buntut Bajing Rhinchostylis retusa
Anggrek Dendro Dedrobium sp
Anggrek Dendro Larat Dendrobium phalaenopsis
Anggrek Dendro Merpati Dendrobium crumenatum
Anggrek Dendro Rusa Dendrobium veratroides
Anggrek Dendro Sumba Dendrobium purpureum
Anggrek Ekor Tupai Rhinchostylis retusa
Anggrek Eria Kancil Eria javanica
Anggrek Eria Konde Eria albido tomentosa
Anggrek Eria Lili Eria hyachintoides
Anggrek Eria Lily Eria hyachintoides
Anggrek Eria Mawar Eria flvascen
Anggrek Eria Rotan Eria compressa
Anggrek Hitam Coelogyne pandurata
Anggrek Kalajengking Arachnis flos-aeris
Anggrek Kasut Paphiopedilum sp
Anggrek Kasut Belang Paphiopedilum lowii
Anggrek Kasut Berbulu Paphiopedilum glaucophyllum
Anggrek Kasut Hijau Paphiopedilum javanicum
Anggrek Kasut Kumis Cypripedium chamberlalianum
Anggrek Kasut Pita Paphiopedilum tonsum
Anggrek Kepang Pholidota imbricata
Anggrek Macan Gramatophyllum sp
Anggrek Mata Sapi Dendrobium anosum
Anggrek Oncidium Oncidium sp
Anggrek Tanah Spathoglottis aurea
Anggrek Tanah Apuy Phajus tankervilliae
Anggrek Tanah Coklat Phajus callosus
Anggrek Tanah Kuning Phajus flavus
Anggrek Tebu Gramatophyllum speciosum
Anggrek Vanda Vanda
Anggrung Irema orientalis
Anggur Vitis vinifera
Anggur Amerika Selatan Vitis labrusca
Anggur Bali Alphonso lavalle
Anggur Merah Vitis vinifera
Angsana Pterocarpus indica
Annemon Annemon
Anthurium Anthurium sp
Anthurium Flamingo Anthurium adreanum
Anthurium Keris Anthurium reneissance
Anthurium Kuping gajah Anthurium crystallinum
Anting Putri Wrightia religiosa
Anting-anting Fuchsia
Anyang-anyang Elaeocarpus glandiflorus
Anyelir Dianthus caryophyllus
Apel Malus silveltris
Apisditra Apisditra elatior
Aprikot Prunus mume
Apung Azzola pinnata
Ara Ficus pumnila
Aren Arenga pinnata
Areuy kawao Milletia sericea
Areuy ki asahan Tetracera indica Merr
Articoke Cynara scolimus
Asam Gelugur Garcinia atroviridis
Asam Jawa Tamarindus indica
Asam Londo Pithecolobium dulce
Asam Selong Eugenia uniflora
Asiri Laurus nobilis
Asparagus Asparague officinalis
Asparagus Vigna sesquipedalis
Aster Aster novae-angeliae
Awar awar Ficus septica
Azela (rumput azela) Rhododendrum sp
Babydoll Cordyline terminalis
Bacang Mangifera foetida
Bakau Bruguiera conyugata
Bakung Crinum asiaticum
Balam Palaquium qutta
Balam Merah Mallotus paniculate
Balam Merah Palaquium rostratum
Bambu Apus Gigantochloa apus
Bambu Ater Gigantochloa atter
Bambu Bangkok Schizostachym caudatum
Bambu Batu Dendrocalamus strictus
Bambu Betung Dendrocalamus asper
Bambu Botol Schizostachyum zollingeri
Bambu Cangkoreh Dinochloa scandens
Bambu Cendani Phyllostachys sp
Bambu Duri Bambusa spinosa
Bambu Embong Bambusa horsfieldii
Bambu Gading Bambusa vulgaris
Bambu Gedang Bambusa ventricosa
Bambu Gombong Gigantochloa verticillata
Bambu Jepang Variegata Arandinaria japonica/Sasa fortunei
Bambu Kuning Bambusa vulgaris
Bambu Kuning Phyllostachys sulphurea
Bambu Ori Bambusa arundinacea
Bambu Pagar Bambusa glaucescens
Bambu Rejeki Dracaena
Bambu Suling Schizostachyum silicatum/Bambusa jacobsii
Bambu Tamiang Schizostachyum blumei
Bambu Telur Schizostachyum zollingeri
Bambu Wuluh Schizostachyum mosum
Bambu Wulung Phyllostachys puberuka
Bandotan Ageratum conyzoides
Baru Laut Thespesia populnea
Basia Bassia latifplia
Batu Chaetocarpus castaneicarpus
Bawang Bombay Allium cepa
Bawang Daun Allium fistulosum
Bawang Lokio Allium schoenoprasum
Bawang Merah Allium ascalonicum
Bawang Prei Allium porrum
Bawang Putih Allium sativum
Bawang-bawangan Zephyranthes sp
Bay Laurus nobilis
Bayam Amaranthus sp
Bayam Cabut Amaranthus tricolor
Bayam Duri Amaranthus spinosus
Bayam Eropa Spnacia oleracea
Bayam Kakap Amaranthus hybridus
Bayam Merah Celosia argentea
Bayam Raja Amaranthus hybridus
Bayam Selandia Baru Tetragonia expansa
Bayam Srilangka Basella alba
Bayas Oncosperma horidum
Bayur Pterospermum javanicum
Begonia Begonia glabra
Begonia Florens Begonia semperflorens
Belian Wangi Palaquium obovatum
Belimbing manis Averrhoa carambola
Belimbing wuluh Averrhoa bilimbi
Belis Bellis
Beluchus Cratoxylon linguistrinum
Beluntas Pluchea indica
Benalu Dendrophthoe sp
Benalu The/The Hijau Dendrophthoe patandra
Benda Artocarpus elasticus
Bengkak Hernandia ovigera
Bengkirai Dryobalanops
Bengkuang Pachyrrhizus erosus
Bengle Zingiber cassummunar / Z. Montanum
Bengle Hantu Zingiber ottensii
Bentoel Daun Xanthosmoma sagittifolium
Benuang Duabanga molucana
Berangan Castanopsis inermis
Berangan Duri Castanopsis argentea
Beras Oriza sp
Berenuk Crescentia cujete
Beriang Ploiarum alterniflorum
Beringin Ficus benyamina
Beringin Karet Ficus retusa
Beringin Kimeng Ficus microcarpa
Beringin Korea Ficus coreana
Besi Eusideroxylon zwageri
Beti Ayer Flueggia virosa
Bidani Quisqualis indica
Bidara Zizypus jujuba
Bidara Laut Ximenia americana
Bidara Upas Merremia mammosa
Bidasari Porarna volubilis
Bieng-biengan Chenopodium
Biksa (Gelinggem) Bixa orellana
Binjai Mangifera caesia
Bintaro Cerbera manghas
Bintaro Codollam
Bira Alocasia indica
Birch Betula pendula
Bit Beta vulgaris
Blencong Commersonia bartramia
Blestru Luffa cylindrica
Blewah Cucumis melo var cantalupensis
Bligo Benincasa hispida
Blueberry Vaccinium spp
Bodi Ficus religiosa
Bodi Ficus rumphii
Bomaba Bomabaceae
Bombax Bombax buonopozense
Borage Borrago officinalis
Bougenville Bougenvilia spectabilis
Brokoli Brassica oleracea var italica
Bromeliad (nanas hias) Bromeliad sp
Bromus Bromus inermis
Brotowali Tinospora tuberculata
Bruas Garcinia celebica
Brucea Brucea javanica
Buah Ajaib Synsepalum dulcificum
Buah Mentega Diospyros phillippinensis
Buah Merah Pandanus conoideus
Bulan bulan Endospermum malaccense
Bulangan Gmelina philiappensis
Bunga Bangkai Amorphopalus titanum
Bunga Bokor Hydrangea macrophylla
Bunga Bugang Clerodendron calamitosum
Bunga Cangkak Schima wallichii
Bunga embun Drosera sp
Bunga Kertas Zinia elegan
Bunga Kuning Cassia surattensis
Bunga Kupu-Kupu Bauhinia purpurea
Bunga Lampion Irian Mucuna beneetti
Bunga Lilin Hoya carnosa
Bunga Matahari Helianthus anuus
Bunga Merak Caesalpinia pulcherrima
Bunga Mulut Naga Antirrhinum majus
Bunga Negro Sinningia speciosa
Bunga Pagoda Clerodendron paniculatum
Bunga Patma Rafflesia patma
Bunga Pukul Empat Mirabilis jalapa
Bunga Pulu (Cartamus) Carthamus tinctorius
Bunga Saputangan Maniltoa grandiflora
Bunga Sepatu Hibiscus rosa sinensis
Bunga Susu Ervatamia coronaria
Bunga Tahi Ayam Lantana tamara
Bunga Tahi Ayam Tagetes
Bunga tengah hari Pentapetes phoenicea
Bungur Besar Lagerstroemia indica
Bungur Jepang Lagerstroemia
Buni Antidesma bunius
Bunut Ficus glabela
Burgundi Ficus elastica
Buta Excoecaria agalocha
Butun Barringtonia asiatica
Buwah Susu Passiflora laurifolia
Buxus Buxus sempervirens
Cabai Capsicum annum
Cabai Besar Capsicum annuum var Grossum
Cabai Rawit Capsicum frutescens
Cabe Jawa Piper retrofractum
Cabe Puyang Polygonum hidropiper
Cakar Ayam Digitaria adscendens
Calathea (Pisang hias) Calathea sp
Calathea Argentea Calathea picturata
Calathea lurik Calathea princeps
Calathea Makoyama Calathea makoyama
Calathea Mawar Calathea rosea-picta
Calathea zebrina Calathea zebrina
Calendula Calendula officinalis
Calincing Oxalis corniculata
Calodendrum Calodendrum capanse
Camomille Anthemis nobilis
Candu Papaver semmiferum
Cangkring Erythrina fusca
Cantel Sorghum halepense
Capayan Desmodium umbellatum
Caragana Caragana arborescen
Caria Carya illinoinensis
Carissa Carissa grandiflora
Cartamus ( Pulu) Carthamus tinctorius
Cedrus Cedrus
Cemara angin Casuarina equisetifolia
Cemara Duri Juniperus rigida
Cemara Embun Casuarina equisetifolia
Cemara Kipas Casuarina equisetifolia
Cemara Laut Casuarina equisetifolia
Cemara Norfolk Araucaria heterophylla
Cemara Pinus Casuarina cunninghamiana
Cemara Pua Pua Juniperus chinensis
Cemara Putih Casuarina equisetifolia
Cemara Udang Casuarina equisetifolia
Cempaka putih Michelia alba
Cempedak Artocarpus champeden
Cemplok Abutilon indicum
Cendana Santalum album
Cenela Calceolaria
Cengkeh Eugenia aromatica
Centuri Centuarea
Ceplukan Physalis minima / Phycalis peruviana
Cerakin Croton triglium
Cerlang laut Helitiera littoralis
Ceroton Croton trigilum
Ceuri Garcinia dioica
Chaya Cnidoscolus aconitifolus
Chemperai Chemperela manillana
Cherry Prunus avium
Chesnut Castanea dentata
Chicorium Chicorium
Cincau Cycles barbata
Circium Circium sp
Coca jawa Erythroxylon nova granatense
Cocor Bebek Kalanchoe blossfeldiana
Coklat Theobroma cacao
Cola Cola acuminata
Coleus Coleus blumei
Columnea Columnea hirta
Concolida Concolida ambigua
Congcorang Desmodium triquetrum
Congkok Curculigo orchioides
Cordyline Cordyline sp
Cowehan Ottelia alismoides
Cryptotenia Cryptotenea canadensis
Cryptotenia Jepang Cryptotenea jeponica
Cyclamen Cyclamen
Dadap Erythrina
Dadap Merah Erythrina crista-galli
Dadap Serep Erythrina lithosperma
Dadap Varigata Erythrina variegata
Dahlia Dahlia pinata
Dalu dalu Salix tetrasperma
Damar Agathis alba
Damar Laki Araucaria canninghamii
Damar waja Spergula arvensis
Dandang Gendis Clinacanthus nutans
Daun ambra Pelargonium radula
Daun Dewa Gynura procumbens
Daun Kepala tupai Drynaria quersifolia
Daun Lilin Bauhinia scandens
Daun Pahit Vernonia amygdalina
Daun Seribu Achilea millefolium
Daun Setan Leucas lavandulaefolia
Daun Ungu Graptophylum pictum
Delima Punica sp
Delima Merah Punica nana
Delima Putih Punica granatum
Delpinium Delpinium sp
Dempul Glochidion rubrum
Dempul lelet Glochidion littoral
Demung Pseuderanthemum diversifolium
Dendranthema Dendranthema
Dewa Gynura segetum
Diaffen Amuna Diaffenbachia amoena
Diaffen Arvida Diaffenbachia arvida
Diaffen Camilla Diaffenbachia camilla
Diaffen Laut Diaffenbachia marianne
Diaffen Maculata Diaffenbachia maculata
Diaffen Tropis Diaffenbachia tropic show
Diaffenbachia (Sri Rejeki) Diaffenbachia
Dieng Abang Chenopodium album
Digitalis Digitalis purpurea
Dilem Coleus
Dracaena Dracaena sp
Dracaena Compacta Dracaena compacta
Dracaena Florida Dracaena godseffiana
Dracaena Fragrans (Hanjuang) Dracaena fragrans
Dracaena Sanderiana Dracaena sanderiana
Dracaena Surculosa Dracaena surculosa
Dracaena Warneckii Dracaena deremensis
Dragon Fruit Hylocereus undatus
Dringo Acorus calamus
Drosera (Bunga embun) Drosera sp
Duku Lansium domesticum
Dulang-dulang Glochidion obscurum
Durian Durio zibethinus
Durian Hutan Durio kutejensis
Edelweis Anaphalis sp
Ekor Keledai Sedum spectabile
Ekor Kucing Acalypha hispida
Ekor Kucing Typha latifolia
Ekor Tupai (Akalifa) Acalypha wilkesiana
Elder Sambucus nigra
Eleagnus Elaeagnus angustifolia
Elletaria Elletaria cardamomum
Enceng gondok Eichornia crassipes
Erbis Passiflora quandrangularis
Erigeron Erigeron
Erythrina subumbrans Erythrina subumbrans
Euphorbia Euphorbia
Eusttoma Eustoma grandiflorum
Fagace Fagaceae
Fistuca Fistuca arundinaceae
Flamboyan Delonix regia
Flax Linum usitatissimum
Fraxinus Fraxinus americana
Gadung Dioscorea composita
Gadung Dioscorea hispida
Gadung China Smilax china
Gaharu Aquilaria malaccensis
Gailardia Gaillardia
Galing Vitis trifolia
Galing Kerbau Cissus adnata
Galinggem (Biksa) Bixa orellana
Gamal Glyricidia sepium
Gambas Luffa acutangula
Gambir Uncaria gambir
Gamet Ipomoea pes-tigridis
Gandapura Gaultheria leucocarpa
Gandaria Bouea macrophylla
Gandarusa Justicia gendarussa / Gendarusa vulgaris
Gandasuli Hedychium coronarium
Gandola Basella rubra
Gandu Entada phaseoloides
Gandum Triticum aestivum
Gandum hitam Secale cereale
Ganja Cannabis sativa
Ganoderma Ganoderma lucidum
Ganyong Hutan (Kana) Canna indica
Ganyong-ganyongan Cordyline sp
Garut Marantha arundacea
Garut-garutan Maranta bicolor
Gasteria Gasteria
Gatep Samadera indica
Gayam Inocarpus edulis
Gayana Chloris gayana
Gazania Gazania
Gebang Curypha elata
Gedebong Piper aduncun
Gedembah Nauclea subdita
Gelang Laut Sesuvium portulacastrum
Gembili Dioscorea aculeata
Gembilina Gmelina
Genjer Limnocharis flava
Genjoran Digitaria sanguinalis
Geraniacea Geraniaceae
Geranium Pelargonium graviolens
Gerbera Gerbera jamesonii
Geronggang Cratoxylon arborescens
Gewor Commelia banghalensis
Gigil Dichroa febrifuga
Ginje menir Scoparia dulcis
Ginseng Korea Panax ginseng
Ginseng Jawa/Talesom Talinum triangulare
Girang Leea rubra
Gladiol Gladiol spp
Gladiol Gladiolus gandavensis
Glagah Saccharum officinarum
Gmelina Gmelina arborea
Gom Arab Acacia arabica
Gondang Ficus variegata
Gondorukem Colophonium sp
Gravillea Gravillea robusta
Gypsophila Gypsophila
Hampelas Ficus ampelas
Handeuleum Graptophylum pictum
Hanjuang Cordyline sp
Hanjuang Dracaena fragrans
Harendong Melastoma affine
Hareneus Rubus moluccanus
Haworthia Haworthia sp
Hazelnut Corylus americana
Helikonia Heliconia psittacorum
Henep Hibiscus canabinus
Hidrila Hydrila verticillata
Hokian Tea Eritia sp
Hop Humulus lupulus
Hordeum Hordeum vulgare
Horenzo Spinacea oleracea
Hujan Panas Breynia discigera
Hyacinthus Hyacinthus sp
Iler Coleus
Iles iles Amorphopalus oncophyllus
Iles iles Tacca palmata
Inai batang Lansonia inermis
Ingu Ruta angustifolia
Iris Iris germanica
Ivy Linaria
Jaba Eluisine coracana
Jaboticaba Myciarfa cauliflora
Jabung Conyza angustifolia
Jacaranda Jacaranda aculifolia
Jacquemontia tamnifolia Jacquemontia tamnifolia
Jagung Zea mays
Jahe Croton argyratus
Jahe Zingiber officinale
Jail Coix lacryma-jobi
Jamblang putih Eugenia cumini
Jambu Air Syzygium aqueum
Jambu Air manis Syzygium semarangense
Jambu arang Eugenia claviflora
Jambu ayer Eugenia aquea
Jambu Biji Psidium guajava
Jambu biji kecil Psidium pumilum
Jambu bol Syzygium malasccense
Jambu klampoh Eugenia densiflora
Jambu mawar Eugenia jambos
Jambu Mete Anacardium ocidentale
Jambu selong Eugenia javanica
Jambu-jambuan Myrtaceae
Jambul merak Jacaranda filicifolia
Jampang (Rumput belulang) Eleusine indica
Jamuju Podocarpus imbricatus
Jamur Bulat Calvatia gigantia
Jamur Champignon Agaricus bisporus
Jamur Enokitake Flammunila velutipes
Jamur Kancing Agaricus brunescens
Jamur Kuping Auricularia auricularia
Jamur Maitake Grifola frondosa
Jamur Matsutake Agrocybe aegerita
Jamur Merang Volvariella volvacea
Jamur Paha Ayam Coprinus comatus
Jamur Shiitake Lentinus edodes
Jamur Tiram Pleurotus ostreatus
Jangkang Sterculia foetida
Jarak China (Kepyar) Ricinus communis
Jarak landi Jatropa gossypifolia
Jarak Pagar Jatropa curcas
Jarak Pagar (Iri) Jatropha multifida
Jaranan Atropha curcas
Jaringan Paspalum scrobiculatum
Jarong Achyaranthes aspera
Jarongan Stachytarpheta mutabilis
Jaruju Argemone mexicana
Jarum-jarum Pavetta subvelutina
Jati Tectona grandis
Jati Belanda Guazuma ulmifolia
Jawawut Setaria italica
Jayanti Sesbania sesban
Jebung Sterculia urceolata
Jelita Corchorus capsularis
Jelutung Dyera costulata
Jengger Ayam Celosia cristata
Jengkol Pithecelobium jiringa
Jenitri Elaeocarpus oxypyrena
Jepun Nerium indicum
Jeruju Acanthus ilicifolius
Jeruk Citrus sp
Jeruk Bali Citrus x paradisi
Jeruk Keprok Citrus
Jeruk Kesturi Citrus mitis
Jeruk Kingkit Thriphasia aurantifolia
Jeruk Lemon Citrus lemon
Jeruk Mandarin Citrus deliciosa
Jeruk Manis Citrus onshiu
Jeruk Manis Citrus sinensis
Jeruk Nipis Citrus aurantifolia
Jeruk Purut Citrus hystrix
Jeruk Satsuma Citrus unshiu
Jeruk Siem Citrus nobilis var microcarpa
Jeruk Sukade Citrus medica
Jerukan Glycosmis cochin-chinensis
Jintan Carus carvi
Jintan Pimpinella anisum
Jintan Plectranthus amboinicus
Jintan hitam Nigella sativa
Jintan Putih Cuminum cyminum
Johar Cassia siamena
Jojoba Simmundsia californica
Jombang Cicoria
Jubut Melochia umbellata
Jukut ibun Drymaria cordata
Jukut Jurig Themeda arguens
Jukut lokot mata Artemisia vulgaris
Jukut Nyenyerean Sporobolus barteroanus
Jukut saminggu (Mondreng) Galinsoga parviflora
Julans Julans spp
Juncus Juncus
Jung Pandas Rhus continus
Jungrahab Backea frutescens
Jute Corchorus olitorius
Kaca Piring Gardenia jasminoides
Kacang Vigna mungo
Kacang (Ginjal) Mesir Lablab niger
Kacang Asu Calopogonium mucunoides
Kacang Babi Vicia faba
Kacang Bogor Voandzeia subterranea
Kacang Bulu Glycine soja
Kacang Buncis Phaseolus vulgaris
Kacang Gude Cajanus cajan
Kacang Hijau Phaseolus aureus
Kacang Hijau Vigna radiata
Kacang Hijau India Phaseolus mungo
Kacang Jeriji Dolichos lablab
Kacang Kapri Pisum sativum
Kacang Kara benguk Mucuna pruriens
Kacang Kara Kerupuk Dollchos lablab
Kacang Kara Pedang Canavalis ensiformis
Kacang Kate Phaseolus trilobus
Kacang Katropang Centrosema plumieri
Kacang Kayu Laut Pongamia pinnata
Kacang Kedelai Glycine max
Kacang Keker Cicer arietinum
Kacang Koro Phaseolus sp
Kacang Koro kratok Phaseolus lunatus
Kacang Merah Vigna umbellata
Kacang Panjang Vigna sinensis
Kacang Parang Canavalia gladiata
Kacang Roway Phaseolus lunatus
Kacang Ruji Phaseolus pubescens
Kacang Ruji Pueraria phaseoloides
Kacang Tanah Arachis hypogaea
Kacang Tunggak Vigna unguiculata
Kacang-kacangan Clitoria cajanifolia
Kacang-kacangan Vigna sp
Kadaka Asplenium nidus
Kadaka tanduk menjangan Asplenium sp
Kakao Thebroma cacao
Kaktus Opuntia spp
Kalamenjana Phalaris arundinacea
Kalamenta Leersia hexandra
Kaliandra Calliandra haematocephala
Kamboja Jepang Adenium obesum
Kamboja Putih Plumeria obtusa
Kamelia Camellia japonica
Kamper Cinnamomum camphora
Kana Canna edulis
Kana (Ganyong hutan) Canna indica
Kana Air Thalia dealbata
Kandis Garcinia dioica
Kandis Burung Garcinia parvifolia
Kandis Gajah Garcinia griffithii
Kangkung Ipomoea aquatica
Kanitu Chrysophyllum cainito
Kantan Alkpinia speciosa
Kantil Michelia champaca
Kantung Rezeki Dischidia pectinoides
Kantung Semar Nephentes sp
Kantung Semar Raflesia Nephentes raflesia
Kantung Semar Reinwart Nephentes reinwart
Kapalan Hoya latifolia
Kapas Gossypium hirsutum
Kapas-kapasan Malva
Kapuk Randu Ceiba petandra
Kapulaga Amomum cardamomum
Kapulaga Sabrang Elettaria cardomomum
Kapulasan Nephelium mutabile
Kapundung Baccaurca racemosa
Kapur Dryobalanops camphora
Kapur Barus Cinnamomum camphora
Karandan Carissa carandas
Karet Havea brasiliensis
Karet India Ficus elastica
Karet Kebo Ficus elastica
Karuk Piper sarmentosum
Kasia Cassia multijuga
Kasingsat Cassia occidentalis
Kaso Saccharum spontaneum
Kastuba Euphorbia pulcherima
Kasturi Abelmoschus moschatus
Katimaga Kleinhovia hospita
Katuk Sauropus androginus
Katumbul Glochidion molle
Katumpangan Pilea microphyla
Katuri Garcinia bancana
Kawista Feroniella elephantum
Kawista Scinus molle
Kayu Apu Pistia stratiotes
Kayu Hurip Euphorbia tirucali
Kayu Jaran Dolichandrone spathacea
Kayu Kancil Anisophyllea disticha
Kayu Manis Cinnamomum burmani
Kayu Manis Cinnamomum verum
Kayu Manis Cinnamomum zaylanicum
Kayu Manis Glycynnhiza glabra
Kayu Palembang Lannea grandis
Kayu Penawar Sophora tomentosa
Kayu Putih Eucalyptus globulus
Kayu Putih Melaleuca leucadendron
Kayu Rah Horsfieldia irya
Kayu Raja (Trangguli) Cassia fistula
Kayu Rapet Parameria laervigata
Kayu Santan Kibatalia arborea
Kayu Simpai Knema intermedia
Kayu Tahi Celtis wightii
Kayu Ujan Millettia atropurpurea
Kayu Ules Helicteres isora
Kayumanis Cina Cinnamomum cassia
Keben Barringtonia asiatica
Kecapi Sandoricum kcetjapie
Kecipir Psophocarpus tetragonolobus
Kecombrang / Honje Nicolaia speciosa
Kecombrangan Pittosporum ferrugneum
Kecondang Tacca leontopetaloides
Kecubung Datura metel
Kedawung Parkia roxburghii
Kedondong Spandias mombin
Kedondong Spandias pinnata
Kedondong Bangkok Spondias dulcis
Kedondong Cina Spondias purpurea
Kedondong laut Polyscias fruticosa
Kejibeling Sericocalyx crispus
Keladi Caladium sp
Kelapa Cocos nucifera
Kelapa Sawit Elaeis guineensis
Kelempayang Nauclea cadamba
Kelor Moringa oleifera
Kemangi Ocimum basilicum
Kemangi Besar Ocimum gratissimum
Kemenyan Styrax officinalis
Kemiren Hernandia peltata
Kemiri Aleurites moluccana
Kemiri Cina Aleurites trisperma
Kemloko Phyllanthus emblica
Kemukus Piper cubeba
Kemuning Murraya paniculata
Kenaf Hibiscus cannabinus
Kenanga Canangium odoratum
Kenari Canarium commune / C. Avenue
Kencur Kaempferia galanga
Kendal Cordia dichotoma
Kenikir Cosmos caudatus
Kenikir Tagetes patula
Kentang Solanum tuberosum
Kentang Jawa Coleus tuberosus
Kepel Stelechocarpus burahol
Kepuh Sterculiafoetida
Keranji Dialium indum
Kesambi Scheichera oleosa
Kesambi Scheichera trijuga
Kesemek Diospyros kaki
Kesemek Diospyros lotus
Ketapang Terminalia catapa
Ketepeng Cassia alata
Ketepeng Kebo Cassia
Ketiau Madhuca mottleyana
Ketul (Ambong-ambong) Bidens pilosa
Ketumbar Coriandrum sativum
Ketumbar Jawa Eryngium foetidum
Ki pait Tithonia diversifolia
Ki payung Biophytum sensitivum
Ki semir Hura crepitans
Kibesin Centrosema pubescens
Kina Cinchona pubeschens
Kismis Muehlenbeckia platyclada
Kiwi Actinidia chinensis
Klembak Rheum sp
Klengkeng Nephelium longanum / Dimocarpus longan
Kol Banda Pisonia alba
Kol rabi Brassica napus
Kola Cola nitida
Kolesom Talinum paniculatum
Kolokasia Colocasia sp
Komfrey Symphytum officinale
Komoi Diospyros malabarica
Kongea Congea velutina
Koo Chai Allium tuberosum
Kopi Coffea
Kopi Arabica Coffea arabica
Kopi Hutan Fagraea racenosa
Kopi Hutan Foffea malayana
Kopi Utan Canthium dicoccum
Kosar Artocarpus rigida
Kotek Cassia grandis
Kremah Alternanthera sessilis
Krisan Chrysanthemum morifolium
Krokot Alternanthera ficoidea
Krokot Portulaca oleracea
Kroton Codiaeum variegatum
Kroton Croton liglium
Kubis Brassica oleraceae
Kubis Bunga Brassica oleracea var botrys
Kubis Krop Brassica oleracea var capitata
Kucai Allium odorum
Kukurang Picria fel-terrae
Kukuron Gynotroches axillaris
Kumis Kucing Orthosiphon aristatus
Kumis Kucing Orthosiphon stamineus
Kumkwat Eugenia dombeyi
Kumuning gajah Murraya calocylon
Kunci Pepet Kaempferia angustifolia
Kunyit Curcuma domestica
Kupa Syzygium polycephalim
Kuping Gajah (Anthurium) Anthurium crystallinum
Kuping Macan Sacifraga sarmentosa
Kupu putih Syngonium
Kurma Phoenix dactylifera
Kurma canary Phoenix canariensis
Kursani Vernonia anthelmintica
Kutum Mitragyna speciosa
Kwini Mangifera odorata
Labu Cucurbita spp
Labu Botol Lagenaria vulgaris
Labu Jepang Cucurbita moschatta
Labu Kuning Cucurbita pepo
Labu Manis Cucurbita pepo
Labu Merah Cucurbita moschata
Labu Putih Lagenaria leucantha
Labu Siam Sechium edule
Labu Sucini Cucurbita pepo
Lada Piper nigrum
Lada Panjang Piper retrofractum
Lampenas Lactuca indica
Lamtoro Gung Leucaena leucephala
Langkap Arenga obtusifolia
Langkuwas Malaka Alpinia malaccensis
Lantana Lantana camara
Lateng Ocimum sanctum
Lathyrus Lathyrus sativus
Lavender Lavandula angustifolia
Lawang Cinnamomum culilawan
Leci Nephelium litchi / Lichi chinensis
Legatan Spilanthes iabadicensis
Legundi Vitex trifoliata
Lelet Helicteres hirsuta
Lemo Litsea cubeba
Lempuyang Zingiber aromaticum
Lempuyang Zingiber zerumbet
Lengkuas Languas galanga
Lentil Cullinaris
Lepidium Lepidium sp
Lerak Sapindus rarak
Lidah Ayam Rubia cordifolia
Lidah Buaya Aloe vera
Lily Homerocallis sp
Lily Kradelbut Rhoeo
Lily Paris Chlorophytum
Limau Kasturi Citrus microcarpa
Lintahan Desmodium
Lobak Raphanus sativus
Lobi-lobi Palaquium lobbianum
Lokwat Eriobotryya japonico
Lonicera Lonicera tatarica
Lontar Borassus flabelifer
Lotus Nelumbo pentapetala
Lowa Ficus racemosa
Lupin Lupinus
Luwing Ficus hispida
Lycium Lycium
Lythrum salicaria Lythrum salicaria
Macrotylama Macrotyloma
Mahang Macaranga javanica
Mahoni Swietenia mahagoni
Maja Aegle marmelos
Maja Keling Terminalia citrina
Majakane Quercus lusitanica
Makadamia Macadamia antegrofolia
Malela Brachiaria sp
Malpighia Malpighia punicifolia
Maman Cleome speciosa
Mangga Mangifera indica
Manggis Garcinia mangostama
Mangkokan Nothopanax scutellarium
Manis Jangan Cinnamomum burmani
Mara Macaranga tanarius
Maranta (Garut hias) Maranta
Maranta Merah Maranta leuconeura
Markisa (Buah monyet) Passiflora edulis
Markisa Pisang Passiflora mollissima
Markisa Sayur Passiflora quadrangularis
Mata ayam Baccaurea brevipes
Mata Pelanduk Ardisia irenata
Mawar Rosa sp
Maya-maya Sapium baccatum
Mayang Batu Madhuca cuneata
Mayang Wangi Palaquium obovatum
Medang Kurusi Gironniera parviifolia
Medinilla Medinilla magnifica
Melati Jasminum sambac
Melati Carolina Gelsemium sempervirens
Melinjo Gnetum gnemon
Melon Cucumis melo
Melur Dacrydium elatum
Mempelam Mangifera indica
Menarong Trema virgata
Mengkelingan Eugenia cymosa
Mengkudu Morinda citrifolia
Meniran Phyllanthus niruri
Mentalun Terminalia pyrifolia
Mentimun Cucumis sativus
Mentimun Jepang Cucumis sativus var Japonese
Mentol Mentha piperita
Meranti Shorea sp
Merbau Intsia amboinensis
Merliman Streblus ilicifollus
Mesoyi Massoia aromatica
Meyong Mallotus philippinensis
Mimba Azadirachta indica
Mindi Melia azedarach
Mint Mentha piperita
Miracle Synsepalum dulcificum
Mirten Malphigia coccifera
Mitshuba Oenanthe linearis
Miyana Iresine
Mochie Adenium sp
Mondreng (Jukut saminggu) Galinsoga parviflora
Monstera Monstera deliciosa
Mosaik Fittonia
Mundar Garcinia forbesii
Mundu Garcinia dulcis
Murbei Morus alba
Mussaenda Mussaenda phillipica
Mutoh Erythroxylon cuneatum
Myoporum Myoporum
Myosotis Myosotis
Myrrha Commiphora mirrha
Nagasari Mesua nagassarium
Namnam Nephelium sp
Nampis (Kampis) Hernandia peltata
Nanas Ananas comosus
Nanas Aechmae Aechmae
Nanas Buah Ananas comosus
Nanas Kuku jari merah Noeregelia spectabilis
Nanas Kuning Cryptanthus bivittatus
Nanas Lurik Cryptanthus zonatus
Nanas Merah Cryptanthus acaulis
Nanas Nerogelia Neoregelia
Nanas Tricolour Cryptanthus bromeliodes
Nanas Vriesea Vriesea
Nanas Wangi Salvia
Nanas zebra Cryptanthus zonatus zebrinus
Nandina Nandina domestica
Nandina Nicandra physalodes
Nangka Artocarpus heterophyllus
Nenas Belanda Agave cantala
Nila Indigofera hendecaphylla
Nilam Pogostemon cablin
Nilam Aceh Pogostemon cablin
Nilam Bunga Pogostemon heyncanus
Nilam Jawa Pogostemon hortensis
Nipah Nipa fruticans
Nolina Beaucarnea recurvata
Nona Annona reticulata
Nona Annona sp
Nona Makan Sirih Clerodendron thomsonae
Nona Sabrang Annona glabra
Nusa Indah (Musaenda) Mussaenda phillipica
Nyamplung Callophyllum inophyllum
Nyiur Lodoicea maldivica
Oat Avena sativa
Okra Abelmoschus esculenthus
Oleaceae Oleaceae
Opiopogon Ophiopogon japonicus
Orang-aring Maoutia diversifolia
Orok orok Crotalaria
Orok-orok Crotalaria ferruginea
Oyod Peron Anamirta coculus
Pacar air Impatiens balsamina
Pacar Air Impatients walleriana
Pacar Cina Aglaia odorata
Pacar Jawa Lawsonia inermis
Pace Bancudus latifolia
Pachira Pachira aquatica
Padi Oryza sativa
Padi Ketan Oryza glutinosa
Padi-padian Serealea
Pagagan Centella asiatica
Pakis haji Cycas rumphii
Pakis Rawa Ceratoptaris thalictroides
Paku bening Lindsaea scandens
Paku Ekor Kuda Equisetum hyemale
Paku Pakis Kelabang Nephrolepis exaltata
Paku Sarang burung Asplenium nidus
Pala Myristica fragrans
Palasa Butea monosperma
Palem Ekor ikan Caryota
Palem Gebang Corypha spp
Palem Janggut Coccothrinax crintia
Palem Jepang Ptychosperma macarthurii
Palem Kipas Livistona chinensis
Palem Kuning Chrysalidocarpus
Palem Loreng Licuala mattanensis
Palem Merah Cyrtostachys lakka
Palem Parlor (salon) Chamaedorea elegans
Palem Phoenix Phoenix
Palem Senegal Phoenix reclimata
Palem Weregu Rhapis excelsa
Palma Palmae
Palungpung Phragmites karka
Pancar Antiaris toxicaria
Pandan Pandanus
Pandan Bali Dracaena draco
Pandan Pudak Pandanus tectorius
Pandan Wangi Pandanus amaryllfolium
Panili Vanilla planifolia
Paprika Capsicum annuum var Grossum
Pare Momordica charantia
Pare Ular Trichosanthes cucumerina
Pare welut Trichosanthes anguina
Parsley (Peterseli) Petroselinum sativum
Parsnip Pastinaca sativa
Parthenocissus Parthenocissus spp
Pasak Bumi Eurycoma longifolia
Pasang Iyang Quercus conocarpa
Pasang Simpenu Quercus cyclophora
Pasilan Kalapa Drynaria rigidula
Pathenium argentatum Parthenium argentatum
Patikan Kebo Euphorbia hirta
Pecan Corya illinoensis
Pecut Kuda Stachitarpheta indica
Pedilantus Pedilanthus
Pelargoni Pelargonum domesticum
Pelong Pentaspadon officinalis
Pena Nagasari Mesua ferea
Pepaya Carica papaya
Peperomia Peperomia obtusifolia
Peperomia ekor tikus Peperomia elusiaefolia
Perilla Perilla frutescens
Permot Passiflora foetida
Persik Prunus persica
Petai Parkia speciosa
Petai Cina Leucaena leucephala
Peterseli Petroselinum crispum
Petsai Brassica chinensis
Petunia Petunia hybrid
Phelum Phelum pratense
Philadelphus Philadelphus
Philo Daun Belah (Monesterea) Monstera deliciosa
Philo Daun Bolong Monstera obliqua expilata
Philo Lynette Philodendron lynette
Philo Redwing Philodendron sp
Philodendron Phoilodendron sp
Philodendron Rubrum Philodendron rubrum
Phlox Phlox sp
Picisan Cyclophorus numularifolius
Pilea Pilea sp
Pilin Cassia nodosa
Pinang Areca catechu
Pinang Hutan Areca macrocalyx
Pinang Punai Elaeocarpus petiolatus
Pinang Raja Crytostachys lakka
Pinus Casuarina equisetifolia / Pinus longaeva/Pinus mercusii
Pir Pyrus communis
Piretrum Chrysanthemum cinerariaefolium
Pisang Musa paradisiaca
Pisang Musa spp
Pisang Badak Musa nana
Pisang Kapok Musa x paradisiaca
Pisang Kipas Ravenala madagascariensis
Pisang Serat Musa textilis
Pisang Utan Musa acuminta
Pistachio Pistacia vera
Pittosporum Pittosporum
Plam Prunus domesticum
Plantago Plantago sp
Platycladus orientalis Platycladus orientalis
Plumbago Plumbago
Poa Poa prasentis
Pohon Bulan Endospermum malaccense
Pohon Kasuwari Casuarina nodiflora
Pohon Kupu kupu Bauhinia acuminata
Pohon kupu-kupu Bauhinia
Pokak Solanum torvum
Poko Mentha arvensis
Poko Mentha spicata
Poncosudo Jasminum multiflorum
Populus Populus
Portulaka Portulaca grandiflora
Prambos Rubus spp
Prasman Eupatorium triplinerve
Primula Primula obconica
Pring-pringan Pogonantherum paniceum
Procopis Procopis juliflora
Pronojiwo Euchresta horsfieldii
Prosopis Procopis chilensis
Pseudotsuga Pseudotsuga menziesii
Pudu Artocarpus kemando
Pulasan Nephelium lappaceum
Pule Alstonia scholaris
Pule Pandak Rawvolfia serpentina
Pulosari Alyxia stellata
Pulus Laportea stimulans
Puring Codiaeum
Puring Codiaeum variegatum
Purwoceng Pimpinella alpina
Putri Malu Mimosa
Putri Malu Mimosa pudica
Pyracantha Pyracantha coccinea
Pyrethrum Pyrethrum spp
Raflesia Rafflesia arnoldi
Rambutan Nephelium lappaceum
Rami Boehmeria nivea
Randa Randia macrophylla
Randu Ceiba petandra
Randu alas Bombaxma labaricum
Ranti Solanum nigrum
Rape Brassica napus var. napus
Rasamala Altingia exelsa Norona
Rebah Bangun Mimosa invisa
Remek Daging Hemigraphis alternata
Renghas Gluta renghas
Resam lumut Cheilantes tennisfolia
Rhododendron Rohododendron
Rhynchelytrum rapens Rhynchelytrum rapens
Ribes Ribes
Rollinia mucosa Rollinia mucosa
Rosela Hibiscus sabdariffa
Rotan Irit Calamus trachycoleus
Rotan Lilin Calamus javensis
Rotan Manan Calamus manan
Rotan Sega Calamus caesius
Rotan Tikus Plectocomia elongata
Rubi Rubiaceae
Rubra Cordyline sp
Rudbeckia laciniata Rudbeckia laciniata
Rukem Flacourtia indica
Ruku-ruku Ocimum sanctum
Rumbia Metreoxylon rumphii
Rumbut Balungan Panicum repens
Rumput air Poa annua
Rumput Angin Spinifex littoreus
Rumput Asinan Paspalum vaginatum
Rumput Australi Paspalum dilatatum
Rumput Babi Leptaspis urceolata
Rumput Bajra Pennisetum glaucum
Rumput Bajra Pennisetum purpureum
Rumput Bebek Echinochloa sp
Rumput Belang Zebrina pendula
Rumput Belulang (Jampang) Eleusine indica
Rumput Benggala Panicum maximum
Rumput Bulu Merak Schizaea dichotoma
Rumput Dum Diaffenbachia
Rumput Gajah Penisetum purpureum
Rumput Grinting Cynodon dactylon
Rumput Jampang Artocarpus elasticus
Rumput Jampang Digitaria sp
Rumput Jarum Chrysopogon aciculata
Rumput Jejarongan Chloris barbata
Rumput Kerbau Paspalaum conyugatum
Rumput Laut gracilaria sp
Rumput Malela (Malela) Brachiaria sp
Rumput Mutiara Hedyotis corymbosa
Rumput Natal Rhynchelytrum roseum
Rumput Pait Axonopus compresus
Rumput Panicum Panicum maximum
Rumput Paspalum Paspalum
Rumput Payung Cyperus papyrus
Rumput Peking Zuysia matrela
Rumput Pelargoni (Pelargoni) Pelargonium
Ruta Ruta graviolens
Sadu Melia indica
Saga Hutan Adenanthera microsperma
Saga Manis Abrus precatorius
Sagu Metroxylon sago
Salada Air Nasturtium officinale
Salak Salacca edulis
Salam Eugenia aperculata
Salamandar Grevillea robusta
Salangi Samadera indica
Salix Salix sp
Sambiloto Andrographis paniculata
San chang Dillenia Pentagyna
Sancang Phemna microphylia
Sangitan Sambucus javanica
Sangket Basilicum polystachyon
Sangketan Heliotropium indicum
Sangkir Homonoia riparia
Sansevieria Lidah mertua Sansevieria trifasciata
Sansevieria Silindris Sansevieria cylindrica
Santigi Phempis acidula
Sapratu Sindora sumatrana
Saraka Saraca indica
Sarang Semut Myrmecodia sp
Sarang Semut Irian Myrmecodia tuberosa
Saray Caryota mitis
Sawi Hijau Brassica campestris
Sawi Putih Brassica juncea
Sawi Tanah Nasturtium indicum
Sawo Zapota
Sawo Duren Crateva religiosa
Sawo hijau Chrysophyllum
Sawo Kecik Manilkara kauki/ M. Achras
Sawo Malaysia Achras zapota
Sawo Manila Achras zapota var depressa
Sawo Putih Pulu Pisonia sylvestris
Scabiosa Scabiosa atropurpurea
Sciadopitys Sciadopitys verticillata
Scorzonera hispanica Scorzonera hispanica
Secang Caesalpinia sappan
Sedap Malam Polianthes tuberose
Sedum Sedum morgalnianum
Selada Lactuca sativa
Selada Air Pistia stratiotes
Selar makan Guettarda speciosa
Selasihan Cinnamomum parthenoxylon
Seledri Apium graviolens
Semanggi Hydrocotyle sibthorpioides
Semangka Citrulus vulgaris
Sembukan Paedaria foetida
Sembung Blumea balsamifera
Sembung Gilang Vernonia arborea
Seminai Madhuca utilis
Sempur Dillenia exelsa
Sempur Cai Dillenia indica
Sena Cassia angustifolia
Sendokan Palntago mayor
Sendudok Melastoma malabathricum
Senecio Senecio cruentus
Senggugu Clerodendron serratum
Sengon Buto Enterolobium cyclocarpum
Sengon Laut Albizia falcataria
Senkam Glochideon laevigatum
Sente Alocasia macrorhiza
Sequen Sequoia sempervirens
Serai Wangi Cymbopogon citratus
Serei Cymbopogon nardus
Serisa Serissa foetida
Seruni Chrysanthemum indicum
Serut Streblus asper
Sesudu Euphorbia antiquorum
Seteria Seteria qlaucea
Sidaguri Sida rhombifolia / S retusa
Sikas Cycas revoluta
Simambu Calamus scipionum
Simbar Menjangan Platicerium sp
Sinapsis Sinapsis alba
Sindur Sindora javanica
Singkong Karet Manihot glaziovii
Sireh Ayer Piper miniatum
Sirih Piper Betle
Sirih Belanda Scindapsus
Sirih merah Piper crocatum
Sirsak Annona muricata
Sisal Agave sisalana
Sisik Betok Desmodium triflorum
Sisik Naga Drymoglosum piloselloides
Siur Xanthophyllum lanceatum
Skila Scilla
Slada Air Rorripa nasturtium
Soga Pettophorum inerme
Soka Ixora paludosa
Solidago Solidago canadanensis
Song of India Pleomele
Sono Dalbergia latifolia
1228 Sono Keling Dalbergia pinnata
Sorbus Sorbus americana
Sorgum Sorgum bicolor
Sorgum Sorgum halepense
Sosor Bebek Kalanchoe pinnata
Spartium junceum Spartium junceum
Spathiphyllum Spathiphylum sp
Spinacia oleracea Spinacia oleracea
Spiraeae Spiraeae vanhouttei
Sri Rejeki Diaffenbachia
Srigading Nyctanthes arbor-tristis
Srikaya Annona squamosa
Srikaya Australia Anonna atemoya
Srikonta Acacia farnesiana
Stapelia Stapelia
Stefanot Putih Stephanotis floribunda
Stroberi Fragaria vesca
Subeng-subeng Scaevolia frutescens
Suji Pleomele angustifolia
Sukun Artocarpus communis
Sumatera Sentul Enhalus acoroides
Sungsang Gloriosa superba
Suplir Adiatum sp
Suren Toona sureni
Surveg Amorphopalus bulbifer
Suweg Amorphopalus companulatus
Taban Baccaurea reticulata
Tabat Barita Ficus deltoidea
Tagetes (telekan) Tagetes erecta
Talas Colocasia esculenta
Tali Kuning Arcangelisca flava
Tali Putri Cassytha filiformis
Talok Muntingia calabura
Tampang Artocarpus bornensis
Tangkalak Litsea sebifera
Tangkalak terindak Isoptera borneensis
Tanglin Saraca thaipingensis
Tanjung Mimosops elengi
Tapak Dara Vinca rosea
Tapak Hantu Trevesia chelrantha
Tapak Liman Elephantopus scaber
Tarum Indigofera suffruticosa
Tebu Saccharum officinale
Teh Camellia sinensis
Teh Kembang Matricaria Chamomilla
Teki Cyperus roduntus
Teki Laut Cyperus longus
Tekik Albizzia lebbeck
Telang Clitoria ternatea
Telekan (tagetes) Tagetes patula
Tembakau Nicotiana tabacum
Tempayang Firmiana affinis
Tempuyung Sonchus arvensis
Temu Giring Curcuma heyneanae
Temu Hitam Curcuma aeruginosa
Temu Kunci Boesenbergia pandurata
Temu Lawak Curcuma xanthorrhizae
Temu Putih Kaempferia rotundra
Tengkawang tungkil Shorea stenoptera
Teratai Neliumbium nucifera
Teratai Gunung Gunnera macrophylla
Teratai Raksasa Victoria amazonia
Terebak Rhinacanthus nasutus
Terong Solanum melongenae
Terong kuning Solanum quitoense
Terung Belanda Cyphomandra betacea
Terung Cina Solanum macrocarpon
Terung Jepang Solanum melongena var Esculentum
Terung Susu Solanum mammosum
Thyme Thymus vulgaris
Timun Tahil Randia spinosa
Tomat Lycopersicon esculentum
Tongkeng Telosma cordata
Trangguli (Kayu Raja) Cassia fistula
Trembesi Samanea saman
Trengguli Cassia javanica
Trenggulum Protium javanicum
Tuba Derris eliptica
Tulip Spathodea campanulata
Turi Sesbania grandiflora
Turnip Brassica rapa
Ubi Jalar Ipomoea batata
Ubi Kayu Manihot esculenta
Ubi Kayu Manihot utilisima
Ubi kelapa Dioscorea alata
Urang-aring Eclipta alba
Violet Violces
Violet (Bunga) Viola odorata
Walisongo Schefflera actinophylla
Walisongo varigata Schefflera variegata
Walnut Juglans
Walnut Aquatica Juglans aquatica
Walnut Cinerea Juglans cinerea
Walnut Hitam Juglans nigra
Walnut Inggris Juglans regia
Walnut Mayor Juglans major
Wareng Gmelina elliptica
Waru Hibiscus tiliaceus
Waru landak Hibiscus mutabilis
Wewean Monochoria hastata
White Walnut Juglans cinerea
Widuri Calotropis gigantea
Wijayakusuma Epiphyllum oxypetalum
Wijen Sesamum indicum
Wortel Daucus carota
Yakon Smallanthus sonchifolius
Yuka Yucca aloifolia
Zaitun Olea europea
Zebrina Zebrina pendula / Cyanotis vittata

Selamat Belajar
Tuhan Yesus Menyertai kita

Monday, May 17, 2010

MAMALIA

Binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya; adanya rambut; dan tubuh yang endoterm atau "berdarah panas

CIRI-CIRI HEWAN MAMALIA
Mempunyai saraf tunjang.
Bertulang belakang.
Mempunyai jantung dengan 4 ruang.
Badan dilitupi oleh bulu.
Mempunyai cuping telinga.
Mempunyai kelenjar peluh.
Mamalia betina melahirkan dan menyusukan anak, kecuali mamalia yang sangat primitif seperti Platypus dan sesetengah Tenggiling.
Bernafas melalui peparu.
Berdarah panas (suhu badan tetap).

Contoh-contoh hewan mamalia :
Arnab
Gajah
Harimau
Orang Utan
Rusa Babi
Seladang
Tenuk
Ikan paus
Tikus

KLASIFIKASI HEWAN MAMALIA
Monotremata,
contoh: Ornithorynchus amatinus (platiphus/cungur bebek).
Marsupia,
contoh: marcropus Sp (kanguru)
Rodentia,
contoh: lupus Sp (kelinci)
Chiroptera,
contoh: megachliroptera Sp (kelelawar)
Insectivora,
contoh: crocidura mutina (tikus cerurut)
Carnivora,
contoh: canis familiaris (anjing)
Cataceae,
contoh: balaenoptera musculus (ikan paus)
Drobosceida,
contoh: elephans indicus (gajah)
Sirenia,
contoh: duyon dugong (ikan duyung)
Parissodactyla,
contoh: tapirus indicus (tapir)
Autodacytia,
contoh: camerus dromedaricus (unta)

PERANAN HEWAN MAMALIA
Makanan
- sapi
- kambing
Minuman
- susu sapi
- susu kuda
Peliharaan
- lepus Sp (kelinci)
- canis familiaris (anjing)
Hiasan
- ikan ditaruh di akuarium
Obat
- lepus Sp (kelelawar)

DARI WIKIPEDIA

Binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya; adanya rambut; dan tubuh yang endoterm atau "berdarah panas". Otak mengatur sistem peredaran darah, termasuk jantung yang beruang empat. Mamalia terdiri lebih dari 5.000 genus, yang tersebar dalam 425 keluarga dan hingga 46 ordo, meskipun hal ini tergantung klasifikasi ilmiah yang dipakai.

Secara filogenetik, yang disebut Mamalia adalah semua turunan dari nenek moyang monotremata (seperti echidna) dan mamalia therian (berplasenta dan berkantung atau marsupial)
[sunting]
Karakteristik

Sebagian besar mamalia melahirkan keturunannya, tapi ada beberapa mamalia yang tergolong ke dalam monotremata yang bertelur. Kelahiran juga terjadi pada banyak spesies non-mamalia, seperti pada ikan guppy dan hiu martil; karenanya melahirkan bukan dianggap sebagai ciri khusus mamalia. Demikian juga dengan sifat endotermik yang juga dimiliki oleh burung.

Monotremata tidak memilki puting susu, namun tetap memiliki kelenjar susu. Artinya, monotremata memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kelas Mamalia. Perlu diketahui bahwa taksonomi yang sering digunakan belakangan ini sering menekankan pada kesamaan nenek moyang; diagnosa karakteristik sangat berguna dalam identifikasi asal-usul suatu makhluk. Jika ada salah satu anggota Cetacea ternyata tidak memiliki karakteristik mamalia, maka ia akan tetap dianggap sebagai mamalia karena nenek moyangnya sama dengan mamalia lainnya.

Mamalia memiiki 3 tulang pendengaran dalam setiap telinga dan 1 tulang (dentari) di setiap sisi rahang bawah. Vertebrata lain yang memiliki telinga hanya memiliki 1 tulang pendengaran (yaitu, stapes) dalam setiap telinga dan paling tidak 3 tulang lain di setiap sisi rahang.

Mamalia memliki integumen yang terdiri dari 3 lapisan: paling luar adalah epidermis, yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah hipodermis. Epidermis biasanya terdiri atas 30 lapis sel yang berfungsi menjadi lapisan tahan air. Sel-sel terluar dari lapisan epidermis ini sering terkelupas; epidermis bagian paling dalam sering membelah dan sel anakannya terdorong ke atas (ke arah luar). Bagian tengah, dermis, memiliki ketebalan 15-40 kali dibanding epidermis. Dermis terdiri dari berbagai komponen seperti pembuluh darah dan kelenjar. Hipodermis tersusun atas jaringan adiposa dan berfungsi untuk menyimpan lemak, penahan benturan, dan insulasi. Ketebalan lapisan ini bervariasi pada setiap spesies.

KEANEKARAGAMAN

c. Kelas reftilia (hewan melata)
Ciri-ciri hewan melata adalah sebagai berikut:
- Kulit kering bersisik dari zat tanduk karena zat kertin
- Bernafas dengan paru-paru
- Berdarah dingin (porkoliokonal) yakni yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan
- Umumnya bersifat avivar (bertelur), contoh kadal, dan vivipar beranak, contohnya ular.
- Jantung terdiri dari empat ruang yaitu dua serambi dan dua bilik yang masih belum sempurna.
Reptilia dapat dibagi menjadi beberapa ordo antara lain:
1) Ordo crocodilia
Familia : crocodylidae
Species : buaya sedang (crocodyeus bifocatus), buaya besar (crocodyes porosus)
2) Ordo chelonia
Familia (1) : crocodylidae
Species : penyu (chelaina nydas)
Familia (2) : tryony chidae
Species : kuya (try ony x cartilaginews)
Familia (3) : testudinidae
Species : kura-kura (euora ambirinesis)
3) Ordo cacerilia
Familia (1) : cacertidae
Species : cicak (hemidacty frenatus)
Familia (2) : geckonocdae
Species : tokek (gecko monarchis)
Familia (3) : henoermatidae
Species : kadal (heloderma SP)
Familia : varanidae
Species : komodo (voronus komodensis)
biawak (voronus salvator
4) Ordo Aphidia
Contoh; ular sawah, ular kobra dan sebagainya
d. Kelas aves (burung)
Ciri utama aves sebagai berikut:
- Alat penglihatan, alat pendengaran dan alat suara sudah berkembang dengan baik
- Berdarah panas (homoioteral)
- Jantung terdiri dari empat ruang 2 serambi dan 2 bilik yang sudah berkembang dengan baik
- Pembuahan sel telur dan sperma / fertilisasi terjadi di dalam tubuh induk (fertilisasi internal)
- Terdapat sepasang testis, Sedangkan ovarium hanya satu dan tumbuh dengan baik di sebelah kiri.
Aves dapat dibagi menjadi beberapa ordo antara lain:
1) Ordo colombiforines
Familia : columbidal
Species : perkutut (geopilia striata)
2) Ordo coraciiformes
Familia : arcedinadae
Species : telengket (harcy concholm)
3) Ordo grana cares
Familia (1) : ardidae
Species : bangau (reptotilas javanicus)
Familia (2) : rassidal
Species : mordar (parphyrio albus)
4) Ordo nato tores
Familia (1) : laridae
Species : dara laut
Familia (2) : pamilirostros
Species : bebek / itik (anus koshos)
Familia (3) : sphe niscidae
Species : pinguin (aptenodytes SP)
5) Ordo rapaces
Familia (1) : fontanida
Species : alap-alap (falco papuanus)
Familia (2) : strigi dae
Species : burung hantu (suba kukua)

e. Kelas Mamalia
Ciri-ciri utama hewan mamalia sebagai berikut:
- Umumnya hidup di daratan, tetapi ada pula yang hidup di air seperti ikan paus, lumba-luma
- Berdarah panas
- Pada kulit terdapat kelenjar keringat dan kelenjar minyak
- Otak berkembang dengan baik
- Fertilisasi internal
- Bernafas dengan paru-paru
- Terdapat 4 ruang jantung yang sempurna
Macam-macam ordo hewan mamalia antara lain:
1) Ordo dactyla
Species : Topis (clocidura marina)
Badak Jawa (rhino cerassoondaicus)

2) Ordo insectivora
Species : cecurut (cocidura mosina)
Tupai (tupaja javarita)
3) Ordo phalidata
Species : trenggiling (tubuh bersisik)
4) Ordo chiroptera
Species : kelelawar (micro chiroptera SP)
Kalong (megachiroptera SP)
5) Ordo marsupiala
Species : kucing (fell is catus)
Singa (fell is lion)
Harimau (fell is tigris)
Serigala (canislupus)
6) Ordo marsopialia
Species : kanguru (macropus)
Kuskus (plalanger)
7) Ordo prosboscidae
Species : gajah (elephan indicus)
Gajah Africa (loxoder africanus)
Ordo artidactyea
Species : kerbau (bubalus-bubalus)
Banteng (basssonduicus)
Kambing (capra faleoheri)

3. Sistem Pencernaan Pada Hewan Vertebrata
Proses pencernaan makanan dapat terjadi secara mekanik dan kimia. Pencernaan mekanik adalah proses yang mengubah makanan menjadi bagian-bagian yang kecil. Sedangkan pencernaan secara kimia adalah suatu proses pengubahan makanan dengan bantuan enzim pencernaan.
1. Sistem Pencernaan pada ikan
Misalnya, ikan mas mempunyai saluran pencernaan yang terdiri atas mulut, kerongkongan, lambung, usus dan anus. Ikan mempunyai lidah yang pendek terdapat pada dasar mulut, lidah itu tidak dapat digunakan seperti lidah pada hewan lainnya. Ikan mas tidak mempunyai kelenjar ludah tetapi mempunyai kelenjar lendir dari mulutnya. Lambung merupakan pelebaran dari saluran pencernaan
2. Sistem pencernaan pada amphibia
Sebagai contohnya adalah katak mempunyai saluran pencernaan yang terdiri atas mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, kloaka.
Untuk membantu menelan makanan, yaitu makanan tersebut dicampur dengan ludah yang dihasilkan oleh kelenjar ludah. Pencernaan makanan berlangsung di dalam lambung katak mempunyai kelenjar pencernaan yaitu hati dan pankreas.
3. Sistem pencernaan pada reptilia
Seperti dicontohkan kadal yang mempunyai saluran pencernaan yang terdiri atas mulut, kerongkongan, lambung, usus dan kloaka. Kadal mempunyai hati dan pancreas sebagai kelenjar pencernaan.
Lambung pada reptilia bentuknya sesuai dengan bentuk badannya, misalnya lambung kura-kura berbentuk agak bulat.

4. Sistem pencernaan pada burung
Sebagai contoh burung merpati mempunyai saluran pencernaan yang terdiri atas mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan kloaka. Burung mempunyai hati dan pancreas, keduanya merupakan kelenjar pencernaan yang berada di luar saluran pencernaan.
5. Sistem pencernaan pada mamalia
Hewan mamalia misalnya sapi mempunyai lambung yang tersusun dari empat bagian yaitu perut besar (rimen), perut jala (reticulum) perut kilab (omosum), dan perut masam (obomasum). Makanan yang berupa rumput dan sebangsanya dari mulut melewati kerongkongan masuk ke dalam perut besar, dari perut besar makanan kembali ke mulut untuk dimumah, setelah dimumah makanan ditelan dan masuk ke dalam perut jala, kemudian ke perut kilab dan akhirnya ke perut masam.

AVES

ANATOMI
 Sternum lebar dengan atau tanpa carina sterni
 Tengkorak dengan 1 condylus occipitalis
 Vertebrae sacralis, v. Lumbalis, v. Thoracalis dan v. Caudalis anterior menyatu menjadi

synsacrum
 Vertebrae caudalis posterior membentuk pygostyle
 Tulang rusuk (costae) memiliki penonjolan yang disebut processus uncinatus
 Ovarium tinggal yang sebelah kiri


A. Morfologi
 Hampir seluruh tubuh tertutup bulu
 Tungkai depan termodifikasi menjadi sayap, umumnya untuk terbang
 Tungkai belakang memiliki bentuk sesuai habitat dan sifat hidup, digunakan untuk berjalan, bertengger atau berenang
 Umumnya memiliki 4 jari
 Mulut tersusun atas maxilla dan mandibula yang membentuk paruh dan diselubungi zat tanduk (keratin)
 Ovipar
 Homoioterm
 Fertilisasi interna
 Jantung 4 ruang
 Paru-paru “compact” dengan pundi-pundi udara
 Ruang suara pada dasar trachea
 Tidak memiliki kandung kemih
 Bulu merupakan modifikasi dari sisik (nampak pada sisik kaki dan bulu)
 Kepala dan leher dihubungkan oleh condylus occipitalis tunggal
 Tulang penghantar suara tunggal di telinga tengah
 Sel darah merah berinti

PARUH
 Modifikasi rahang atas dan bawah diselubungi zat tanduk yang disebut rhampotheca
 Sisi atas dari rahang atas disebut culmen
 Tepi rahang bawah disebut gape
 Pertemuan rahang atas dan bawah dalam keadaan mengatup membentuk garis batas disebut comisura
 Tepi paruh disebut tomium
 Pada beberapa spesies pada pangkal paruh terdapat cera
 Lurus (terete) : pelatuk (Ordo : Piciformes)
 Conus : pemakan biji ex. Lonchura maja (O : Passeriformes)
 Bergerigi (toothed): pemakan ikan (O: Coraciiformes)
 Berkait (hooked) : elang (O: Falconiformes)
 Panjang dan silindris : colibri (O: Apodiformes)
 Berkantong : pelikan (O: Pelecaniformes)
 Berlamela : itik (O: Anseriformes)
 Bengkok : betet (O: Psittasiformes)
 Beroperculum : puyuh (O: Galliformes)
 Melengkung : burung sebangsa trinil

BULU
Contour feather
Membentuk bag. terluar
tubuh

Down feather
Kecil,ringan,diantara
dan dibawah contour
feather

Semiplume
Banyak terletak di tepi pterylae
Piloplume
Bentuk seperti rambut,
Berfungsi sensoris

EKOR
1. Rata / square
2. Bulat / rounded
3. Berlapis / graduated
4. Terbelah / emarginated
5. Runcing / pointed
6. Bercagak / forked

Tungkai belakang, terdiri dari :
 Femur
 Tibiotarsus
 Tarsometatarsus
 Phalanx (jamak = phalanges)
Pada bagian tarsometatarsus terdapat sisik

Tipe kaki
1. Bertengger (ex. Burung gereja, kakatua)
2. Berjalan (ex. ayam)
3. Perenang (ex. Itik, pelican)
4. Pelari (ex. kasuari)
5. Pencengkeram (ex. elang)
6. Memanjat (ex. pelatuk)

REPTILIA

Reptil berasal dari bahasa Latin disebut Reptum yang berarti melata/merayap, dan menurut bahasa Yunani reptile = creptes. Reptil adalah sebuah kelompok dari hewan vertebrata. Reptil termasuk Tetrapoda sehingga memiliki 4 buah tungkai atau kaki, tetapi ada pula di antara anggota-anggotanya yang tungkainya mereduksi atau menghilang sama sekali. Reptil juga termasuk hewan amniota (hewan yang embrionya dikelilingi oleh membran amniotic). Reptil merupakan hewan berdarah dingin.

A. Ciri-ciri Reptil :
1. Tubuhnya tertutup oleh kulit bersisik dari zat tanduk yang berguna untuk menjaga agar cairan tubuhnya tidak kering.
2. Bernapas dengan paru-paru.
3. Alat gerak reptil yang hidup di air berupa sirip, sedangkan yang hidup di darat berupa kaki yang dilengkapi dengan cakar.
4. Bergerak merayap atau melata.
5. Termasuk hewan berdarah dingin.
6. Peredaran darahnya tertutup dan jantungnya terdiri 4 ruang.
7. Berkembang biak secara kawin melalui pembuahan internal, bersifat ovovivipar dan vivipar.
8. Hewan reptil berkloaka dengan celah berbentuk transversal atau longitudinal.
9. Semua reptil bergigi kecuali kura-kura. Perlekatan gigi-gigi itu ada yang acrodont, pleurodont, thecodont.
10. Alat pendengar, ada yang dilengkapi dengan telinga luar dan ada yang tidak.
11. Mata ada yang berkelopak dan dapat bergerak, ada pula yang kelopaknya tidak dapat bergerak serta berubah menjadi bangunan transparan.
12. Reptil jantan memiliki alat kelamin luar berupa sebuah penis atau satu pasang hemipenis.
13. Embrio memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur pada waktu menetas.
Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur tengkoraknya. Formulasi ini dikemukakan oleh Osborn tahun 1903, yaitu ditunjukkan dengan adanya ciri-ciri tengkorak: anapsid, diapsid, synapsid (parapsid). Sekarang klasifikasi reptil tersebut telah banyak berubah. Kelas reptilia dibagi menjadi 4 Ordo:
a. Ordo Crocodylia (buaya dan alligator) : 23 spesies.
b. Ordo Rhynchocephalia (tuatra dari Selandia Baru) : 2 spesies.
c. Ordo Squamata (kadal, ular dan amphisbaenians “worm-lizards” : sekitar 7.600 spesies.
d. Ordo Testudinata (kura-kura dan penyu) : sekitar 300 spesies.
B. Habitat
Reptil bisa ditemui di semua benua kecuali Antartika, walaupun distribusi Reptil yang utama hanya di daerah tropis dan sub-tropis

C. Keanekaragaman Reptil di Gembiraloka
1. Buaya Muara (Crocodylus porosus)
Klasifikasi :
Kelas : Repitilia
Ordo : Crocoduylia
Famili : Crocodylidae
Subfamili : Crocodylinae
Genus : Crocodylus
Species : Crocodylus porosus
Ciri Morfologi :
1. Merupakan reptil yang paling besar (Schneider, 1801). Beratnya mencapai 1.000-1.200 kg. Pada buaya jantan dewasa dapat mencapai 6-7 m. Buaya betina lebih kecil dan pada umumnya berkisar 3 m.
2. Kepalanya cukup besar dan mempunyai sepasang tepi di sepanjang dari mata ke tengah hidung. Sisiknya berbentuk oval dan biasanya lebih kecil daripada spesies lain. Pada Buaya Muara berwarna kuning pucat dengan garis-garis hitam dengan bintik-bintik yang ditemukan di tubuh dan ekor. Pada buaya dewasa berwarna lebih gelap dengan warna abu-abu kehitaman. Pada permukaan bawah (ventral) berwarna kuning atau putih, dan garis-garis dihadirkan pada sisi lebih bawah pada tubuh tetapi tidak memperluas sampai bagian perut. Ekor berwarna abu-abu.
3. Mempunyai sepasang rahang yang berat dan kuat dengan jumlah gigi antara 64-68.
4. Pada permukaan atas (dorsal) tubuh terdapat seperti duri.
5. Pada setiap sela jari pada kakinya terdapat selaput.
Makanan :
Spesies ini tergolong hewan karnivora, yakni pemakan daging. Sesuai dengan ukuran tubuhnya yang besar, buaya muara memerlukan banyak makanan. Makin besar ukuran seekor buaya muara, makin banyak pula kebutuhan makannya. Mulai dari ikan-ikanan hingga hewan mamalia seperti kancil, kambing, rusa bahkan sapi bisa masuk ke dalam perutnya.
Buaya muara berburu mangsa dengan cara yang unik, yaitu cukup dengan mengambil posisi diam bagai patung yang tak berdaya. Hal ini dilakukan sebagai salah satu strategi kamuflase untuk memperoleh mangsanya. Biasanya mangsa akan terpedaya dan sama sekali tidak menyadari bahwa ia-lah yang justru mendekati mulut buaya. Kemudian tanpa disangka-sangka ia mampu bergerak secepat kedipan mata menyambar mangsanya.
Yang paling berbahaya dari C. porosus adalah gigitannya yang sangat kokoh, sehingga dapat meremukkan tulang dari mangsanya. Gigi-gigi C. porosus umumnya adalah gigi taring yang menyebar merata di seluruh permukaan dalam mulutnya. Sehingga dengan rahang yang sangat kuat ditunjang dengan deretan gigi yang menyerupai gergaji, maka jarang ada mangsa yang dapat lolos dari gigitannya.
Habitat :
Satwa ini dapat hidup di darat, di dalam air maupun di atas pohon. Bergerak kesana-kemari dengan cara melata, baik dengan dua pasang kakinya maupun tidak sama sekali. Famili Crocodylus ini senang berpetualang dari satu habitat ke habitat lain, maka tak heran populasinya menyebar di pelosok dunia. Spesies ini tersebar di banyak negara seperti Papua Nugini, Australia Utara, Kepulauan Pasifik, Brunei, Myanmar, Kamboja, Philippina, Burma, India, Srilanka, Cina, Semenanjung Malaya, hingga Indonesia.


2. Buaya Irian (Crocodylus novaeguineae)
Klasifikasi :
Kelas : Sauropsida
Ordo : Crocodilia
Famili : Crocodylidae
Genus : Crocodylus
Spesies : Crocodylus novaeguineae
Ciri Morfologi :
1. Panjang tubuhnya sampai sekitar 3,35 m pada yang jantan, sedangkan yang betina hingga sekitar 2,65 m.
2. Buaya ini memiliki sisik-sisik yang relatif lebih besar daripada buaya lainnya apabila disandingkan. Di bagian belakang kepala terdapat 4–7 sisik lebar (post-occipital scutes) yang tersusun berderet melintang, terpisah agak jauh di kanan-kiri garis tengah tengkuk. Sisik-sisik besar di punggungnya (dorsal scutes) tersusun dalam 8–11 lajur dan 11–18 deret dari depan ke belakang tubuh. Sisik-sisik perutnya dalam 23–28 deret (rata-rata 25 deret) dari depan ke belakang.
3. Bentuk umum jenis ini mirip dengan buaya muara (C. porosus), namun lebih kecil dan warna kulitnya lebih gelap.
Habitat :
Reptil yang umumnya nokturnal ini menghuni wilayah pedalaman Papua yang berair tawar, di sungai-sungai, rawa dan danau. Meskipun diketahui toleran terhadap air asin, buaya ini jarang-jarang dijumpai di perairan payau, dan tak pernah ditemui di tempat di mana terdapat buaya muara.
Buaya Irian bertelur di awal musim kemarau. Rata-rata buaya betina mengeluarkan 35 butir telur, dengan jumlah maksimal sekitar 56 butir. Berat telur rata-rata 73 gram, sementara anak buaya yang baru menetas berukuran antara 26–32 cm panjangnya. Buaya betina menunggui sarang dan anak-anaknya hingga dapat mencari makanannya sendiri.

3. Biawak/Komodo (Varanus komodoensis)
Klasifikasi :
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Upaordo : Autarchoglossa
Famili : Varanidae
Genus : Varanus
Spesies : Varanus komodoensis
Ciri Morfologi :
1. Panjang badannya sampai 3 mater dengan berat badannya mencapai 140 kg.
2. Ekornya panjang, gemuk agak pipih, sedangkan kepalanya bermoncong tidak runcing. . Ekor binatang ini merupakan alat yang ampuh untuk meroboh kan mangsanya dalam sekali serangan.
3. Lidahnya panjang, bercabang dua diujungnya dan berwarna kuning kemerah-merahan.
4. Seluruh tubuhnya kulit kera, berwarna hitam keabu-abuan. Kulit binatang ini bercorak khusus, kecuali pada biawak yang muda, kulitnya berkembang-kembang berwarna hitam kekuning-kuningan
Makanan :
Karena makanannya, binatang ini disebut pula binatang pemakan bangkai, kadang-kadang juga menyerang babi, rusa dan monyet. Daya penciuman binatang ini sangat tajam, sehingga dari jauh sudah mengetahui adanya bangkai. Penciuman ini dibantu oleh syaraf lidah yang selalu dijulur-julurkan keluar. Komodo mempunyai kanibalis, yang mana jantan dewasa yang lebih besar memangsa individu yang lebih kecil, termasuk juga anaknya turut dimangsa.
Perkembangbiakan :

Komodo berkembangbiak dengan bertelur. Telurnya sebesar telur ayam, berkulit agak lunak atau lembek dan warnanya keputih-putihan. Jumlah telurnya bisa lebih dari 10 butir yang diletakkan di celah batu atau rongga–rongga bawah tanah, sehingga kelembaban akan tetap terjaga. Telur komodo menetas setelah delapan bulan, dengan bantuan panas. Anak komodo menggunakan sebagian besar waktunya hidup di atas pohon; di situ mereka memakan serangga, telur burung dan binatang pengerat. Dengan hidup di atas pohon mereka akan terhindar dari serangan jantan dewasa yang biasanya memakan individu yang lebih kecil.
Habitat :
Komodo secara alami hanya ditemui di Indonesia, di pulau Komodo, Flores dan Rinca dan beberapa pulau lainnya di Nusa Tenggara. Hidup di padang rumput kering terbuka, sabana dan hutan tropis pada ketinggian rendah, biawak ini menyukai tempat panas dan kering ini. Mereka aktif pada siang hari, walaupun terkadang aktif juga pada malam hari. Komodo adalah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama hanya pada saat makan dan berkembang biak. Reptil besar ini dapat berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak yang pendek; berenang dengan sangat baik dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter; serta pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan ekornya sebagai penunjang. Dengan bertambahnya umur, komodo lebih menggunakan cakarnya sebagai senjata, karena ukuran tubuhnya yang besar menyulitkannya memanjat pohon.
Untuk tempat berlindung, komodo menggali lubang selebar 1–3 meter dengan tungkai depan dan cakarnya yang kuat. Karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi selanjutnya. Komodo umumnya berburu pada siang hingga sore hari, tetapi tetap berteduh selama bagian hari yang terpanas. Tempat-tempat sembunyi komodo ini biasanya berada di daerah gumuk atau perbukitan dengan semilir angin laut, terbuka dari vegetasi, dan di sana-sini berserak kotoran hewan penghuninya. Tempat ini umumnya juga merupakan lokasi yang strategis untuk menyergap rusa.
4. Kura kura Aldabra (Geochelone gigantea)
Klasifikasi :
Kelas : Sauropsida
Ordo : Testudines
Subordo : Cryptodira
Famili : Testudinidae
Genus : Geochelone
Species : Geochelone gigantea
Ciri Morfologi :
1. Memiliki cangkang cembung, pada tulang belakang tergabung ke sebuah piring kurus yang etrdapat di bawah kulit yang terpaut sehingga terbentuklah cangkang yang keras.
2. Hidung yang menyerupai hidung babi. Memiliki selaput yang berfungsi melindungi hidung dari benda asing.
3. Aktif pada pagi hari, dan menghabiskan waktunya tetap tenang. Menghabiskan waktu untuk tidur dan makan.
4. Perkembangbiakannya mulai pada bulan Februari sampai Mei.
5. Perkembangbiakannya ovovivipar
6. Memiliki leher yang panjang untuk menggapai daun yang terdapat di ranting pohon dengan ketinggian 1 meter, sebagi makanan utamanya.
Habitat :
Di tempat yang berumput, semak belukar, dan di rawa-rawa di pinggiran pantai Aldabran, Zanzidar di Samudra Hindia.

5. Sanca Bodo (Phyton molurus)
Klasifikasi :
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Upaordo : Serpentes
Famili : Pythonidae
Genus : Python
Spesies : Python molurus bivittatus
Ciri Morfologi :
1. Warnanya kuning cerah dengan sebagian warna putih di bagian bawah tubuhnya.
2. Phyton Morulus bisa mencapai 17 sampai 18 kaki dan dapat mencapai berat lebih dari 200 pon.
3. Memiliki mata yang sempurna yang digunakan untuk melihat mangsa. Memiliki sisik disepanjang sisi tubuhnya.
4. Memiliki lidah yang panjang tetapi kecil digunakan sebagai indra pembau.
5. Umumnya mencari makan pada malam hari.
Ciri Anatomi :
1. Kerongkongan
2. Batang tenggorokan
3. Paru-paru
4. Jantung kiri
5. Jantung kanan
6. Jantung
7. Hati
8. Lambung
9. Kantung udara
10. Gallbladder
11. Pankreas
12. Limpa
13. Usus
14. Ginjal
Habitat :
Di pepohonan. Penyebarannya dari India sampai Cina Selatan, P. Hainan; Myanmar-Thailand-Khmer-Laos-Vietnam; Kalimantan-Serawak-Sabah; Jawa-Nusa Barong, Sumbawa dan Sulawesi

6. Sanca Jaring (Phyton reculatus)
Klasifikasi :
Kelas : Reptila
Ordo : Squamata
Upaordo : Serpentes
Famili : Phythonidae
Genus : Phyton
Spesies : Phyton reticulatus
Ciri Morfologi :
1. Bentuk mulut kecil dan agak panjang.
2. Warna Cokelat dengan garis agak kuning dan hitam.
3. Memiliki sisik di bagian tubuhnya.
4. Memiliki mata yang sempurna dan digunakan untuk membantu melihat mangsa pada malam hari.
5. Panjang bisa mencapai 18 kaki dan beratnya kurang lebih 200 pound.
6. Memiliki lidah yang panjang tetapi kecil yang digunakan sebagai indra pembau.
Habitat :
Di hutan dan pepohonan. Penyebarannya meliputi daratan India muka dan Indo-Cina, Malaysia, Singapura, dan seluruh Indonesia kecuali daratan Papua.

7. Ular Kobra (Ophiophagus hannah)
Klasifikasi :
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Upaordo : Serpentes
Famili : Elapidae
Genus : Ophiophagus
Spesies : Ophiophagus hannah
Ciri Morfologi :
1. Ular ini dapat menegakkan dan memipihkan lehernya apabila merasa terganggu oleh musuhnya. Leher yang memipih dan melengkung itu serupa bentuk sendok atau irus (sendok sayur).
2. Merupakan ular berbisa terpanjang di dunia. Ukuran panjang tubuhnya bisa mencapai 5 meter.
3. Kobra Raja tidak memiliki berat lebih dari 20 kg.
4. Bisa Kobra Raja merupakan bias neurotoksin dan ular ini dapat membunuh manusia dengan sekali gigitan.
Habitat :
Di bagian selatan-timur Asia. Ia hidup di hutan yang lebat. Sedangkan Ular burik hidup di daerah danau dan sungai.



8. SANCA DARAH (Python brongersmai)
Klasifikasi :
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Pythonidae
Genus : Phyton
Spesies : Phyton curtus
Ciri Morfologi :
1. Panjang 17 sampai 18 kaki (137-182 cm).
2. Berat mencapai 200 pon atau lebih. Sangat mungkin ular ini dapat mencapai panjang 10 kaki pada 18 bulan.
3. Burmese pythons dapat mencapai 25 tahun atau lebih.
4. Warna tubuhnya didominasi warna merah menyala dan warna oranye. Bintik-bintik berwarna hitam dan putih pada bagian perut. Pada kepala berwarna abu-abu.
Habitat :
Berkelana di pepohonan dan hampir tak pernah menginjak tanah. Banyak jenis yang lain hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan.